Saat pintu kamar Eve terbuka, Fin bagai patung yang terkena mantra. Seluruh tubuhnya membeku di ambang pintu, napas tertahan di kerongkongan. Tatapannya, lepas dan tak berkedip, terpaku pada sosok yang berdiri di hadapannya. Eve tampil begitu mempesona, membungkus dirinya dalam balutan lingerie satin seksi tanpa lengan berwarna pink dusty. Kain itu memeluk setiap lekuk tubuhnya dengan setia, memantulkan cahaya lembut dari lampu kamar. Gemuruh hasrat liar sang hacker berusia 22 tahun itu begitu kencang di telinganya sendiri, membuatnya lupa bahwa wanita di depannya adalah seorang gadis lagi melaikan janda. Segala niat dan logikanya runtuh dalam sekejap. "Fin? Ada apa? Apa ada yang kau butuhkan?" Suara Eve, lembut namun memecah kesunyian, seperti menyiramnya dengan air dingin. Fin terkesi

