“Oke,” jawab Bastian pelan. Padahal napasnya sudah mulai menderu dan dia sedang sekuat tenaga menahan hasrat. Bahkan tatapan Bastian sudah mulai berkabut dan terlihat sendu. Kemudian tanpa izin, Bastian mulai merangkulkan kedua tangan pada pundak Elsa yang terbuka, sebab hanya ada satu tali tipis pada masing-masing pundak itu. Kemudian salah satu tangan kekar itu bergeser hingga kini memegang dagu Elsa. Bastian mendekatkan wajah seraya menarik napas dalam-dalam, ingin merasakan aroma tubuh Elsa lebih banyak lagi. “Bas—umh.” Elsa tidak dapat melanjutkan kalimatnya karena bibir Bastian sudah menempel pada bibir merah Elsa. Kedua bola mata Elsa membola saat bibirnya mulai dilumat oleh Bastian. Lumatan yang begitu menuntut dan mendesak sesuatu ingin masuk ke dalam mulut Elsa. Dengan sekuat

