“Buka pintunya! Buka!” Yoga terus menggedor-gedor pintu. Dia ketakutan sebab di dalam gudang sebesar itu hanya menyala satu lampu saja. Itupun lampu berwarna kuning, bukan putih. Yoga bergidik ngeri, dia hanya bersama dengan tumpukan barang-barang berdebu di dalam gudang itu. Kembali menggedor pintu mencoba peruntungan, siapa tahu ada orang yang mendengar di luar sana. “Buka pintunya! Tolong aku!” teriaknya sekuat tenaga. Namun seperti tidak ada yang mendengar. Lelah berteriak, Yoga merosot duduk di lantai yang kotor. “Apa maksud Bu Atika sebenarnya? Lalu bagaimana nasib Kak Wina dan Kak Dita? Juga nasib yang lainnya nanti?” desis Yoga dengan suara lemah. Dia yakin betul, penculikan dirinya ini pastilah berhubungan dengan ibu panti. Yang disebabkan karena dia telah menguping pembicara