Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Lilian terperangah. Kedua netra bening membola dengan bibir sedikit terbuka. Mau jawab apapun pasti akan salah sekarang, sebab tebakan Axel tidak meleset sama sekali, dan dia sendiri tidak pandai berbohong. Akhirnya Lilian hanya bisa terdiam kemudian berjalan pegi meninggalkan Axel. “Ohh mau kabur lagi dia,” desis Axel gemas. Menghadapi wanita ngambek memang butuh kesabaran seluas samudera Hindia ditambah samudera Pasifik. Axel mensejajari langkah Lilian. Dia berjalan sambil menoleh dan tersenyum pada Lilian. “Benar, kan? Kamu cemburu, kan? Diam berarti iya. Dan wajahmu mulai memerah sekarang.” Senyuman nakal di bibir Axel semakin melebar. Lilian berhenti, dia menatap tajam pada Axel yang ikut berhenti. Ingin rasanya dia menjitak Axel sekarang juga. Tapi pasti tidak sampai karena ting
