“Ma-Malika... bukan itu maksudnya. Bagaimana kalau keluargamu cemas di sana? Kamu tidak merindukan Kinnan?” tanya Anita gugup. Takut salah ucap. Malika melamun sebentar, dan berkata dengan pasrah. “Dia sudah ada ibu kandungnya yang sangat menyayanginya. Dia tidak akan begitu membutuhkanku.” “Kamu yakin?” tanya Anita lagi. Malika menautkan keningnya kesal. “Kalian tidak memberitahu mereka kalau aku ada di sini, kan?” Kedua orang itu segera menggelengkan kepala cepat mendengar tuduhannya yang sangat tajam. Malika bersikap santai kembali. “Sebaiknya begitu. Awas kalau kalian memberitahukan keberadaanku di sini. Aku akan membuka aib di bangku SMA-mu, Damar Wilson.” Damar dan Anita hanya saling pandang dalam diam, tidak berani mengatakan apa pun. *** Pada hari Rabu pagi waktu Ne

