"Kamu belum baikan dengannya?” tanya Nandita ketika mereka sudah bertemu di sebuah kafe. Malika hanya mengangguk malas meladeninya, menyeruput minumannya dengan gaya malas. “Kamu pikir aku akan memaafkannya? Apalagi setelah dia melakukan banyak kesalahan berulang kali? Tidak akan semudah itu, Nandita sayang. dia sudah sangat keterlaluan kali ini. Kamu tidak lihat saja bagaimana dia mendorongku saat itu. Bahkan Drian dan Damar melihatnya dengan jelas.” "Lalu, bagaimana dengan Kinan?” tanyanya penasaran. "Tenang saja. Kinnan sama sekali tidak tahu apa yang sedang terjadi. Aku selalu berusaha bersikap senormal mungkin ketika berhadapan dengannya. Tapi lain halnya dengan ayahnya, dia bahkan memberiku waktu 1 minggu untuk menjernihkan pikiranku. Memangnya apa yang perlu aku jernihkan? otakny

