Setelah bersiap, dan baru saja hendak membuka pintu, tiba-tiba saja suara bel pintu terdengar. “Nandita? Drian?” Malika kaget mendapati kedua sahabatnya itu sudah berdiri di depan mereka, dan wanita dengan wajah tersenyum di depannya melambaikan tangan penuh semangat. “Aku mendengar apa yang terjadi kemarin. Maka dari itu aku memaksa untuk datang ke mari mengecek keadaanmu. Ponselmu sulit dihubungi, dan aku cemas memikirkan sesuatu hal yang buruk bisa saja terjadi kepadamu,” terang Nandita dengan senyum setengah nyengir. “Oh, maaf. Baterai ponselku habis. Aku baru saja ingin menyalakan ponselku,” balas Malika dengan wajah keheranan. “Tapi, bagaimana kamu tahu aku ada di sini?” Nandita mengerling ke arah Drian yang mengeraskan rahangnya di depan Rivaldi. Keduanya saling tatap sangat

