Pagi harinya, Malika terbangun dengan kepala sangat sakit dan perasaan sangat tidak nyaman. “Oh... kepalaku... Sakit...” gerutu Malika, bangun dari tidurnya sembari bersandar lemah di kepala tempat tidur. Kejadian semalam berputar cepat di dalam benaknya, dan rasa penyesalan dan malu menyerangnya bagaikan cambukan sapu lidi ke tubuhnya. “Sialan... kenapa itu sampai terjadi?” gumamnya meringis suram, merasa hatinya tergantung batu berat dan membuatnya ingin mengubur diri sendiri ke tanah. Dia mencium Rivaldi dengan ciuman basah dan liar? Lalu, ingin melakukan itu di depan umum? Apakah otaknya ada yang tidak beres? Dia minum apa semalam? Malika tidak sadar dan malah bergumam tidak jelas mengira semalam adalah khayalannya semata gara-gara terlalu kepikiran soal Rivaldi. Dia mengira dia

