“Yeah! Siapa bilang kalau hidup itu hanya penuh penderitaan? Ayo kita menari lebih gila lagi!” teriak Malika dengan tawa kencang luar biasa, menggoyangkan kedua tangan di atas kepalanya, seolah-olah melupakan semua masalahnya yang membuat kepalanya sakit dan berdenyut. “Malika!” tegur Rivaldi yang tiba-tiba sudah muncul di belakangnya seraya menarik sebelah lengannya agar saling berhadapan. Malika yang mabuk, tertawa gembira dengan mata sayu dan tidak fokus. “Oh! Lihat! Siapa ini? Pria dingin yang memperlakukanku seperti pajangan!” kekeh Malika dengan tawa mabuk sangat keras. Dia menunjuk-nunjuk dadanya yang kokoh bagaikan batu. “Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Rivaldi geram, rahang mengeras kencang melihat kelakuan mabuk istrinya. Malika terbahak mengejek, lalu memeluk lehernya

