Sepanjang perjalanan mereka benar-benar dibuat gagal fokus oleh Jo yang tidak bisa duduk tenang barang sejenak pun. Mukanya tegang, tangan dingin tidak bisa diam dan tatapan cemas menatap kawasan sepi di daerah tak berpenghuni itu. Tidak seperti gudang milik Ibra, markas Bimo berada di daerah perbukitan. Tempat itu tadinya adalah kawasan villa mewah yang entah bagaimana ceritanya, justru ditinggalkan para pemiliknya dan dibiarkan mangkrak tak berpenghuni. “Kamu tidak lupa bawa minyak angin dan ember kan Jo?” tanya Reza mulai lagi mengejek. “Ember buat apa?” Jo mengernyit bingung. “Jaga-jaga kalau nanti kamu muntah,” jawab Reza yang ditertawakan yang lain. Tanpa sadar Jo mengusap perutnya. Tidak usah nanti, sekarang saja dia sudah merasa mual. Entah karena masuk angin atau terlalu tega