Sakura terus menundukkan kepala, tak berani menatap Raska yang berdiri di depannya dan seperti terus menatapnya dengan pandangan mengintimidasi. Saat ini ia dan Raska berada di luar kamar Sora. Seperti keinginan Raska, pria itu ingin bicara berdua dengannya. Tangan Sakura saling meremas di depan perut dan semakin meremas hingga berkeringat dingin saat suara Raska terdengar. “Jadi, kau akan memberikan Sora adik?” Tubuh Sakura menegang, ia menelan ludah susah payah. “Ma- maaf, tadi saya ….” Sakura tak dapat melanjutkan ucapannya saat bibirnya kian bergetar karena ingin menangis. Raska pasti marah, pikirnya. “Aku tidak mau bertanggung jawab jika setelah ini Sora akan terus meminta seorang adik.” Sakura menggigit bibir bawahnya hingga nyaris berdarah seraya mengumpulkan keberanian untu