Melihat Clara yang tergolek lemah di brankar kamar VIP dengan infus dan oksigen yang terpasang di tubuhnya, membuatku lemas. Aku tidak pernah ke apartemennya seminggu ini. Tika tadi cerita kalau Clara sakit sudah semingguan, tidak mau makan. Berkali-kali telpon aku, tapi aku mengabaikannya. “Maaf sayang… maaf. Aku janji gak akan lagi mengabaikanmu.” Kupandangi wajah cantik Clara, pipinya tirus, tubuhnya semakin kurus saja. Dia benar-benar marah padaku. Kugenggam tangannya, kucium penuh penyesalan. Tadi aku sudah menelpon papa mama Clara yang ada di kota lain, mereka akan secepatnya datang ke marin. Jadi sampai mereka datang, aku yang akan menunggui Clara, karena Tika juga ada urusan sendiri. Aku tertidur sambil memegang tangan Clara yang bebas. Tapi mataku terbuka saat kudengar lirih su