DELAPAN

1430 Kata
Pagi ini Alul sudah berada di depan rumah Kedua orang tua Shania. Ia berniat datang akan mengantar Akbar ke sekolah, karena semalam saat ia menelfon dan sudah berjanji akan mengantar Akbar ke sekolah. Jadi, di sini lah dia sekarang. Duduk di teras bersama dengan Gre yang menemaninya mengobrol sambil menunggu Akbar bersiap. Alul merasa senang jika mengobrol dengan Gracia. Bahkan sejak kuliah dulu, menurutnya Gre adalah orang yang rame. Bawel memang, lucu dan juga kocak. Bersama Gre tidak akan dapat orang yang bosan. "Papa " seru Akbar yang berlari dari dalam rumah. Alul langsung tersenyum, menyambut anak nya dengan pelukkan. "Udah siap ?" Tanya Alul. Akbar menunjukkan senyum nya, kemudian mengangguk. "Yaudah, berangkat sekarang " "Tunggu Mama " ujar Akbar, Alul mengangguk saja, walau ia sendiri bertanya dalam hati. Kenapa, menunggu Mamanya ? Memang nya mau berangkat bersama?. Memikirkan itu sudah membuat ia tersenyum dalam hati. Tidak lama kemudian Shania keluar dari dalam rumah. "Ini bekal nya, jangan lupa makan ya?" Ujar Shania, memasukkan kotak makan Akbar kedalam tas anaknya. Alul memandangi Shania dengan lekat, rasanya masih sama. Setiap kali melihat Shania dalam jarak sedekat sekarang. Dan tersenyum kecut kemudian. Karena, sekarang ia seolah kembali ke masa awal ia bertemu dengan Shania. Tidak memiliki nyali untuk berbicara dengan wanita itu. "Nanti, mau di jemput Mama atau Aunty ?" Akbar melirik ke atas pada Papanya, yang berdiri di samping nya. Alul tersenyum melihat tatapan anak nya itu. Seolah tau, apa maksud Akbar. "Papa jemput ?" Akbar langsung mengangguk kuat. "Iya, nanti boleh main lagi sama Kakak Alra, ya ". Alul langsung terdiam. Ujung matanya melirik pada Shania yang juga sama - sama diam. Sedangkan Gracia sudah menatap mereka dengan heran. Mulai penasaran dengan nama yang di sebut Akbar. "Iya " jawab Alul akhirnya. "Yaudah, ayo berangkat. Nanti telat " lanjutnya. Akbar mengangguk, ia menyalami Mama dan juga Aunty nya. "Berangkat dulu, Gre.. Shania " pamit Alul. Pada keduanya. "Assalamualaikum " Dan keduanya berlalu setelah Gre dan Shania menjawab salam nya. Alul sempat menatap lama pada Shania ketika ia hendak masuk kedalam mobil. Dan untuk sesaat mata mereka bertemu, sebelum akhirnya Shania beralih dan masuk kedalam rumah. *** Pukul tiga sore, pintu salah satu ruang operasi terbuka. Shania keluar dari sana. Membuka sarung tangan dan juga penutup kepala. Dan membuangnya kedalam tong sampah. Kemudian ia menuju toilet untuk mencuci tangan. Ia baru saja melakukan operasi transplatasi jantung pada salah satu pasien nya. Dan, semua berjalan dengan baik juga lancar. Setelah hampir dua tahun menunggu, akhirnya ada jantung yang cocok untuk pasien nya. "Shania " Ia hendak menuju ruangan nya, dan namanya di panggil. Membuat Shania menoleh kebelakang dan melihat Boby menghampirinya. "Gimana Reva ?" Tanya Boby, mulai menyamai langkah Shania. "Baik, Alhamdulillah operasi nya lancar. Semoga bisa beradaptasi dengan cepat " jawab nya. Boby mengangguk, "sekarang ada rencana kemana ? Atau mau ngapain ?" Shania menoleh pada Boby, ia memandang pria itu sejenak. Pria berkacamata itu adalah teman satu sekolah nya dulu. Pernah sangat dekat dengan nya. Tapi, karena sesuatu kejadian. Mereka jadi menjauh, bahkan Shania sempat membenci nya. Langkah mereka berhenti, dan sama - sama kaget saat melihat siapa yang sedang berjalan dari arah yang berlawanan. Boby, langsung menelan ludahnya, melihat tatapan tajam dari Abang nya Shania. "Bang Biru " sapa Shania, saat Biru sudah di hadapan nya. Pria tampan dan gagah itu hanya mengangguk pada Shania, namun tatapan penuh intimidasi pada Boby. "Kamu sudah lupa dengan apa yang pernah saya katakan dulu ?" Ucapnya dengan nada dingin pada Boby. "Maaf, Saya hanya ingin memperbaiki semuanya. Dulu saya -" "Saya gak butuh maaf kamu, yang perlu kamu tau cuma satu. Menjauh dari Shania. Jangan -" "Bang" tegur Shania, ia jadi tidak enak dengan Boby. Masalah nya dengan Boby sudah sangat lama berlalu. Ia juga sudah melupakan kejadian itu. Dan sudah memaafkan Boby. Lagi pula, Boby sudah berubah. " Bob, sorry. Aku duluan ya. Bye " Boby hanya mengangguk, dan membiarkan Shania pergi dengan menarik tangan Abang nya. Ia menghela napas beratnya. Ini lah salah satu alasan mengapa ia tidak lagi berani mendekati Shania, walau ia tau Shania sudah cerai dengan Alul. Semua karena kebodohan jaman dulu. Di mana ia sudah melakukan kesalahan fatal. Hampir mencelakakan Shania, bahkan juga hampir memperkosa Shania. Dia melakukan. Itu karena ia sangat mencintai Shania. Tapi, perempuan itu malah memilih orang lain. *** Cklek Brak! Shani yang sedang duduk di balik kerjanya langsung menoleh kaget pada pintu yang di buka dan di tutup kasar. Dan heran melihat Shania masuk dengan kesal, dan di susul suami nya di belakang. "Bang, udah ya. Aku gak suka Abang bersikap gitu sama Boby. Dia udah berubah Bang. Udah, mengakui semua kesalahan nya. Dan Shania juga udah maafin dia " ujar Shania dengan geram. "Itu kamu, bukan Abang !" Jawab Biru dengan acuh. Ia malah dengan tenang menghampiri Shani, mengecup bibir nya sekilas. Dan kembali menoleh pada adiknya yang tengah menatap tajam padanya. "Bang -" "Shan! Dia obsesi banget sama kamu. Dia type orang yang akan menghalalkan segala cara untuk dapetin apa yang dia mau. Dia itu masih ngincar kamu" jawab Biru. Shania menghela napas beratnya, ia menoleh pada Shani, sahabatnya. Mencoba meminta bantuan pada Kakak iparnya itu. Agar mau memberi pengertian pada si tuan es, yaitu Abangnya sendiri. "Kamu gak perlu bela Shania, sayang. Dia harus waspada aja. Apalagi dengan dia yang udah pisah sekarang. Bisa aja, Boby -" "Kamu kesini mau ribut sama Shania, atau mau jemput aku sama Anak - anak ?" Tanya Shani dengan acuh tak acuh. "Sorry, tapi aku sedang marah sama Shania. Lagian, kenapa sih ? Kamu masih membiarkan Boby bekerja di rumah sakit ini ?" "Dia punya reputasi yang bagus " jawab Shani dengan santai. "Tapi -" "Kamu harus tau bedanya antara masalah pribadi dan pekerjaan keduanya adalah hal yang sangat berbeda. " "Tapi itu akan -" "Biru, plis deh. Semua itu cuma masa lalu. Aku gak ngeliat gelagat aneh dari Boby ke Shania. " Ujar Shani menatap suaminya. Biru menghela napas kasar. Kemudian mendelik pada adik nya. Shania sudah duduk tenang di sofa. "Abang terlalu parno sama Boby. Sama tuh dengan Ares dan Papi " "Jangan salah kan kami, salah kan dia sendiri yang sudah berani menyentuh orang berharga kami " jawab Biru dengan dingin. Shania langsung cemberut. Membuat Biru mengulum senyum nya. Ia menghampiri adiknya dan duduk di samping. Menarik Shania dalam pelukkan nya. Cup Biru mendaratkan ciuman di kening adiknya. "Kami cuma gak mau kecolongan lagi, dek. Cukup sekali. Abang sayang banget sama kamu. Coba lindungi kamu. Walau pun Abang udah nikah, dan punya keluarga. Tapi, kamu, Gracia dan juga Ares. Akan selalu ada tempat istimewa di hati Abang. " Shania mengulum senyum nya, matanya berkaca. Ia membalas pelukkan abangnya dengan sayang. Shani, yang melihat itu hanya tersenyum. Tau jelas, bagaimana kedekatan adik Abang itu. *** "Udah ketemu, Shania ?" Alul yang duduk di hadapan Agam, sahabatnya menggeleng. Ia menghela napas kasarnya. "Dia kayaknya gak mau ngasih gue kesempatan sama sekali " jawab Alul dengan lemas. Agam menatap iba pada sahabat nya, mereka berdua sore ini sedang nongkrong di Caffe shop nya Aliff. Namun, sang empunya tidak ada. Hanya ada mereka berdua. "Coba lah, temui dia. Ajak dia makan, kek. Jalan, kek. Kemana gitu ?" "Ngeliat gue aja, dia ogah. Apalagi gue ajak jalan " ketus Alul. Pria yang memiliki sedikit brewokan itu menghela napas beratnya. "Loe sih,! Loe tau banget, Shania paling benci di bohongin " kesal Agam. "Loe masih ingat kan, dulu. Waktu gue pertama kali bohong sama dia?. Gue bilang nya kerja, tapi malah mendaki sama anak - anak Club padahal gue lagi sakit. Dan, sebulan lebih Shania diemin gue! Dan gue nyesel banget waktu itu. " Alul diam saja, tidak berminat mendengar curhatan masa lalu Agam. "Jujur deh sama gue, loe masih ada rasa sama Aira ?" "Enggak!" Jawab Alul tanpa Fikir dua kali. Agam mengangguk percaya. "Terus kenapa loe gak jujur dari awal tentang Alra ?" "Gue takut! Dan, gak tau kenapa gue gak punya nyali buat jujur sama dia " "Bener kata Aliff, loe pengecut. Semua pasti akan berbeda kalau dari awal loe jujur. " Ujar Agam. "Gue ragu, loe bisa rujuk lagi sama Shania. Kalau loe terus diam dan gak gerak sama sekali. Kayak gini Lul " "Gue cuma ngasih waktu buat Shania, dulu. " "Waktu ? Enam bulan, Enam bulan kalian pisah. Dan loe mau tunggu berapa lama lagi? Sampai Shania ketemu pria lain? Di lamar atau di nikahin pria lain ?" "Kata - kata loe di jaga ya. Di catat maikat tau. !" Kesal Alul padanya. Agam mendelik. "Makanya loe usaha lagi. Semakin loe diam kayak gini, semakin besar kemungkinan rasa cinta Shania ke loe hilang buat loe. Jangan sampai ,usaha loe selama ini miliki hati Shania sia - sia Lul. " "Gue gak tau harus ngapain. Gam! Buntu banget. " Alul mulai frustasi sendiri, ia tidak tau harus bagaimana. Tepatnya memulai dari mana. Setelah semua yang udah ia lakukan. Ia tau, kalau Shania tidak akan mudah untuk mempercayai nya lagi. "Mulai dari awal " °°°
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN