Alul menghela napas berat saat melihat Aira masuk keruang kantor nya. Wanita itu, entah kenapa menurutnya terlalu sering menemui nya.
"Ada apa ? Aku mau meeting ini " ujarnya dengan sama sekali tidak ramah.
"Aku cuma mau bawain bekal makan siang buat kamu " jawab Aira, duduk di hadapan meja Alul.
Pria dalam balutan kemeja hitam itu melirik pada rantang yang di bawa Oleh perempuan itu. Kemudian kembali pada Aira.
"Aira " panggil nya pelan. "Kita langsung aja, aku gak suka kamu terlalu sering menemui ku atau ke kantor ku kalau gak ada sesuatu yang penting " ucapnya to the point.
Aira terperanjat kaget, sikap Alul padanya tiba - tiba jadi dingin dan datar begini.
"Kenapa ? Dulu kamu -"
"Itu dulu, sekarang udah beda. Jangan salah kan aku atas apa yang udah terjadi dalam hidup kamu. "
"Kamu gak bisa bersikap seperti ini, aku -"
"Kenapa tidak bisa,? Itu hak ku. Hidup ku kacau sejak kemunculan kamu! "Ia mulai geram. Entah mengapa, sejak ia berpisah dengan Shania. Ia sangat susah mengatur emosi seperti biasa.
"Dulu kamu sendiri yang pergi, gak nyari aku saat kamu tau mengandung Alra ? Dan sekarang buat apa kamu kembali ? Menghancur hidupku yang udah Bahagia ?" Ujar Alul lagi.
Aira terperangah mendengar ucapana Alul. Tidak mengerti mengapa tiba - tiba pria itu menjadi kasar dan meledak - ledak seperti sekarang.
"Aku masih cinta sama kamu !"
"Itu urusan mu, bukan urusan ku. Sekarang lebih baik kamu pergi. Aku harus meeting " ujarnya tidak sama sekali perduli.
Aira menatap Alul tidak percaya, air matanya menetes begitu saja. Tapi, Alul tidak perduli. Semua karena perempuan itu, keluarga nya hancur karena Aira.
Sret
Aira beranjak dari duduknya, menatap kecewa pada Alul dan kemudian langsung berbalik pergi tanpa mengucapkan apapun.
Sedangkan pria itu sendiri tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Hidupnya sangat kacau sekarang.
"Argh!" Erang nya marah melempar file yang ia pegang ke dinding. Dan kemudian menghempaskan punggungnya pada kursi.
"Astaghfirullah, kenapa dengan ku, ? " Ngucapnya mulai menyesal. Ia mengusap muka nya frustasi. Seharusnya ia memang tidak perlu sekasar itu pada Aira. Karena, memang bukan salah wanita itu. Semua salah nya, ia yang tidak bisa jujur pada Shania. Ia sendiri yang membuat Shania pergi.
Alul langsung beranjak dari kursinya, berjalan cepat keluar dari ruangannya untuk mengejar Aira, dan ia harus minta maaf dengan semua ucapan nya barusan. Ia harus bicara baik - baik pada perempuan itu.
***
Ares menghela napas beratnya, melihat Shania yang kembali melewatkan sarapan bersama keluarga. Memandang sedih pada Kakaknya yang berlalu pergi. Ia beralih pada Mami nya yang memandang Shania juga dengan tatapan lirih.
Ia tau kalau Kakaknya berubah, menjadi sangat pendiam dari sebelum nya. Sejak, bercerai dengan Alul tentunya. Ingin sekali ia bertanya, tapi Sheira melarang nya, Sheira minta agar Ares tidak ikut campur urusan rumah tangga Shania. Walau Shania adalah kakaknya, tapi semua ada batasnya.
Dan Sheira benar, makanya ia memilih diam dan menghibur sang kakak sebisa nya.
Sedangkan Shania, ia memilih menghindari keluarganya. Karena, ia sendiri tidak sanggup setiap kali bertemu pandang dengan mereka. Ada rasa pedih dan malu, ia belum bisa untuk menata ulang hidupnya kembali. Ia tidak mau menghindar, sebenarnya, tapi situasi sekarang tidak memungkin kan untuk dirinya berlama - lama bertemu dengan keluarga.
Setelah mengantar Akbar ke sekolah nya, ia langsung menuju rumah sakit seperti biasanya.
Hari ini ia lumayan sibuk sampai siang, dan tadi pagi ia sudah berpesan pada sang Mami dan minta tolong untuk menjemput Akbar di pre -schoolnya.
Ia bersyukur, karena kesibukkan nya itu. Ia bjsa sedikit melupakan masalah nya.
Setelah semua pekerjaan nya selesai, Shania memutuskan untuk duduk sebentar di belakang gedung rumah sakit. Ada sebuah taman kecil di sana. Ia biasa duduk di sana untuk menyendiri atau menenangkan fikiran dulu.
Dan, sejak ia bercerai dengan Alul ia jadi semakin sering mengunjungi tempat itu.
Sedangkan di sudut yang berbeda, Aliff baru saja keluar dari ruangan anak - anak tempat biasa ia kunjungi. Dan tidak sengaja melihat Shania yang berjalan ke arah belakang gedung. Lagi - lagi ia menghela napas melihat Shania duduk di kursi taman Dengan pasangan kosong ke depan.
Kadang kalau sudah melihat Shania seperti ini, ingin sekali ia menghajar Alul. Tapi, ia juga tau kalau Alul juga hampir sama dengan Shania. Dan mungkin dalam posisi lebih sulit.
Tapi, ia tetap merutuki temanya dengan kata bodoh.
Aliff hendak menghampirinya Shania, tapi urung. Ia melihat pada paperbag besar di tangan nya. Di dalam sana ada pakaian maskot yang ia pakai tadi untuk menghibur anak - anak. Dan, sebuah ide langsung muncul di kepalanya.
***
Lamunan Shania mulai terusik, ketika matanya menangkap sesuatu yang berjalan dari arah gedung rumah sakit.
Ia mengernyit bingung, saat melihat Maskot berupa panda itu berjalan pelan bahkan seperti sedang mengendap.
Ia berfikir, sejak kapan maskot panda itu ada di rumah sakit?. Dan ngapain di tempat sepertinya. Terlebih lagi sekarang menghampirinya.
Shania diam saja, hanya menatap bingung pada si panda - yang entah siapa pun di balik baju maskot panda itu - mulai meletakkan sond musik di kursi yang ia duduki. Dan mulai menyambungkan dengan hp. Lalu, memutar sebuah lagu yang entah lah ia tidak tau. Tapi, ritmenya cukup ngebeat.
Si panda mundur dan berdiri beberapa meter dari Shania duduk. Musik mulai berputar, Si panda malah kebingungan sekarang, karena Shania melihat panda itu menggaruk kepalanya.
Tiba - tiba Si panda mengeluarkan secarik kertas dan memberikan pada Shania.
Masih dengan muka bingung, Shania menerima kertas itu. Dan melihat isinya.
Kira - kira tulisan nya seperti ini.
I know you are beautiful, funny, sweet and interesting. and what are you doing is still beautiful. but, I would rather see your fierce face than your gloomy face. please learn to smile, if it's difficult I'll teach you.
Shania menatap lagi kedepan pada si panda. Dan saat itu lah ia melihat Panda itu mulai menari mengikuti irama. Tapi, malah jadi nya ancur. Pada itu melakukan tarian dengan meliuk kan pinggulnya dengan kaku. Kadang tersandung. Membuat Shania yang melihatnya harus mati - matian menahan senyum. Ia sesekali mengalihkan mata dari Si Panda.
Panda itu kembali mengelurakan secarik kertas dan juga pena. Dan menulis sesuatu di sana. Kemudian diberikan lagi pada Shania.
I Love it, jangan ditahan, saya gak kuat - kuat amat. Senyum kamu sungguh menggetarkan hati.
Shania menggigit bibir bawahnya, kembali menoleh pada si panda yang sedang membungkuk. Mungkin mulai capek karena menari tidak ada aturan.
Tapi, kemudian kembali menari dengan konyol, sampai salah satu kaki nya kasandung dan jatuh berguling.
Saat itu Shania tertawa. Lepas.
Hahahahaha..
Kemudian beranjak untuk membantu si Panda yang terlihat kesusahan untuk bangun.
Panda itu tertegun melihat tawa Shania, malah diam tidak lagi bergerak hanya memandangi Shania yang dengan perlahan berhenti tertawa.
"Makasih, Panda " ucap Shania, dengan senyuman yang begitu manis.
Panda itu mengangguk, dan membuat tanda oke dengan tangan nya. Lalu kemudian mulai membuat isyarat agar Shania jangan sedih lagi. Ia bahkan dengan lembut menarik dua ujung bibir Shania untuk tersenyum.
Dan kali ini Shania tersenyum, benar - benar tersenyum.
Panda kembali membuat tanda oke dengan tangan nya.
"Dokter Shania " panggilan seorang suster membuat Shania menoleh kebelakang nya. Dan melihat Suster Vanka menghampirinya.
"Ya ?"
"Dokter, di minta Dokter Shani untuk menemui nya " ucap Vanka, melirik panda di depan Shania.
Shania hanya mengangguk, dan Vanka langsung pamit pergi. Kembali ia beralih pada si Panda.
Ia tersenyum begitu lebar kali ini, dua tangan nya menyentuh pipi panda itu.
"Makasih buat hiburan nya, dan semoga pinggang mu gak patah karena jatuh tadi " ujar Shania, sedikit tertawa saat mengatakan kata jatuh.
Cup
"Bye, see you " pamitnya, dan melambaikan tangan pada Si panda.
Shania sudah berlalu pergi, tapi Si Panda masih diam dengan posisi yang sama. Tangan kanan nya menyentuh bagian pipi yang di cium Shania tadi. Dan kemudian ia tumbang ke atas rumput hijau itu. Tidur telentang, membuka bagian kepala Panda karena mulai merasa susah bernapas.
Aliff.
Iya, si panda itu adalah si Tuan Malaya. Rambutnya sudah basah karena keringat. Mungkin terlalu panas, bahkan mukanya memerah. Entah efek panas juga atau abis di cium Shania. Ia tiba - tiba tersenyum sendiri, menatap langit yang begitu cerah.
Die cium aku, ke.?
"Comel kan waktu dia gelak (ketawa ) macam itu. Lebih cantik lah tu " gumam nya sendiri masih membayangkan senyuman dan tawa Shania tadi.
Dia pastikan ia tidak akan bisa tidur malam ini, karena kepikiran Shania terus.
°°°