Shania tengah menikmati makan siang nya di kantin rumah sakit saat Aliff tiba - tiba muncul dan langsung duduk di kursi yang ada di sebrang nya. Dan dengan muka tanpa dosa ia malah nyengir padanya saat Shania menatap nya dengan malas.
"Kamu lagi " ucap nya dengan malas.
"Iye lah, sedapnya makan seorang-seorang " ujar Aliff masih dengan senyuman lebar.
Shania memandang jengah pada pria itu. Dan kemudian memilih untuk beranjak pergi, tapi Aliff lebih dulu menahan tangan nya.
"Awak " panggilnya dengan nada lembut. "Dudok lah, dulu. Saye ni kan, cuma mau teman kan awak. Tau, kesian saya liat awak temenung macam tak de gairah hidup. " Lanjutnya lagi.
Shania menghela napas berat nya, ia tidak mengerti mengapa Aliff akhir - akhir ini sering sekali muncul tiba - tiba di depan nya. Bahkan, selalu berlaku sok akrab dengan nya. Padahal, ia tidak begitu kenal dengan pria itu. 
Kembali Shania duduk di kursinya, membuat Aliff tersenyum senang.
"Sebenernya mau kamu apa sih ? Kenapa selalu saja muncul di depan saya "
"Kan saya dah Kate, yang saya suka kan awak. Jadi, saya nak dekat kan awak. Kan, awak dah pisah sama Alul " jawab nya dengan begitu santai dan enteng seolah tidak ada beban apapun.
Shania menghela napas kasar lagi, menoleh ke samping kiri. Berharap ia memiliki kesabaran besar untuk menghapi pria yang sudah dewasa tapi perilaku seperti anak SD.
"Aliff, de -" ucapan Shania terhenti karena seorang dokter tiba - tiba berdiri di samping meja tempatnya duduk.
"Kamu dengan dia sekarang ?" Tanya wanita dengan berjas putih itu pada Shania. 
Tidak lepas dari tatapan meremehkan pada Shania. "Ckck. Baru empat bulan resmi cerai, udah ada pengganti ? Wow "
Shania memicingkan matanya pada teman sesama dokter itu.
"Dokter Lora"
"Loe gugat cerai Alul, karena dia punya anak dari wanita lain?. Itu -"
"Dari mana loe tau?!" Tanya Shania dengan nada pelan tapi sangat dingin. Bahkan tatapan membunuh pada Lora.
Aliff mengernyit bingung, tidak paham apa yang sedang di bicarakan dua wanita itu. 
"Jelas gue tau, Alul cerita sendiri sama gue. Dan seharusnya kalau loe cinta sama Alul, loe bisa Nerima dia apapun masa lalu nya dan -"
"Tutup mulut loe!" Emosi Shania, menekan abis emosinya. "Loe gak tau apa-apa jadi diam aja! Apapun yang terjadi antara gue sama Alul, loe gak berhak ikut campur!" Marah Shania. Bahkan Aliff sampai bergidik ngeri sendiri.
"Lagian bukannya loe senang ? Jangan loe Fikir gue bodoh, gak bisa lihat gimana ganjen nya loe sama Alul." Lanjut Shania meremehkan. Membuat Lora malah balik menatap marah. "Tapi gue diem aja, karena gue tau. Mau loe, ngobral tubuh loe ke Alul dia gak akan ngeliat loe. Karena apa ? Karena loe cuma w************n !!" 
"Loe bilang apa ?!"murka Lora. Bahkan siap untuk menampar Shania. Tapi, lebih dulu di tahan Aliff.
"Hooo.. santai.. rileks. Tak baik tau, ribut. Tak malu ke, di pandang banyak orang " ujar Aliff heran sendiri.
Lora menarik tangan nya dari genggaman Aliff. Menatap Shania dan pria itu secara bergantian. Lalu berlalu begitu saja.
Aliff hanya menggeleng heran dengan wanita itu. Ia pun berbalik pada Shania, tapi sayang. Shania sudah berlalu pergi lebih dulu.
"Ape lah, perempuan - perempuan ni. Gelar dokte, kelakuan macam petarung " gumam nya heran.
***
"Shania "
Panggilan Shani menghentikan langkah Shania yang akan menuju kamar mandi. Dan berbalik melihat Shani yang berjalan mendekat padanya.
"Benar, Alul punya anak dari wanita lain ?" Tanya Shania to the poin.
"Loe udah tau ?"
Shania cukup terkejut mendengar pertanyaan Shani. Menatap tanya pada sahabat nya itu. "Gue gak sengaja dengar loe ribut sama dokter Lora" lanjut Shani, seolah mengerti akan tatapan Shania.
"Iya " jawab nya akhirnya. Shani langsung terkejut. Dan kemudian ia langsung mengajak Shania untuk ke suatu tempat.
Ia mengajak Shania menuju atap gedung rumah sakit. Untuk kali ini, Shani benar - benar tidak akan melepaskan sahabatnya itu. Ia ingin mendengar semua alasan mengapa tiba - tiba sahabatnya itu minta cerai.
"Gue kira, loe cerai sama Alul, karena syarat yang di ajukan tuan Malaya itu !"
Shania menggeleng, ia menyandarkan dua tangan di atas tembok pembatas. Menatap lirih kebawah sana, pada taman rumah sakit yang ada di tengah - tengah area rumah sakit Permata Indah.
"Aliff cuma bercanda waktu itu " jawab Shania pelan.
Shani melakukan hal yang sama, menatap pada taman bermain anak - anak itu.
"Gak mungkin loe minta cerai hanya karena anak itu kan ?"
Shania menoleh pada Shani. "Loe tau gimana gue, Shani. Masalah nya bukan itu "
"Lalu ?"
"Dia gak jujur sama gue tentang keberadaan anak itu. " Jawab Shania, ia menghela napas berat. Rasanya sangat menyesakkan mengingat kembali semua kebohongan Alul padanya. "Gue percaya banget sama dia, awalnya gue diem aja dengan ke anehan nya. Alul biasa tidak pernah telat pulang. Dia hampir tidak pernah lembur kecuali kepepet dan itu sangat jarang terjadi. Tapi, sejak ia pulang dari Bali, dia berubah. "
Shani mendengar dengan baik. "Dan yang bikin gue semakin curiga, Alul sering Nerima telfon diam - diam. Gue pernah liat dia jalan sama perempuan. Gue tanya, dia jawab. Dan jujur,dia pergi sama Aira, cinta pertamanya dia. Dia bilang gak sengaja ketemu. Dan gue percaya. Karena udah lama gak ketemu, mungkin sekalian reuni "
"Nostalgia kali, maksud loe " sela Shani.
Shania hanya mengulum senyum kecut. "Gue gak kepikiran gitu Shan, awal nya. Tapi, besok nya gue liat lagi mereka jalan berdua. Dan Alul semakin berubah sikap nya. Makin sering pulang telat, sampai akhirnya gue gak bisa lagi nahan rasa penasaran dan gue ngikutin dia. Dan loe tau apa? Dia gak pernah lembur. Dia cabut dari kantor seperti biasa. Tapi, dia gak pulang. Malah menemui perempuan itu. Dan yang lebih menyakitkan lagi buat gue, dia berani ngajak Akbar piknik sama mereka, tanpa ngasih tau gue " jelas Shania, dengan suara makin serak.
Shani cukup kaget mendengar cerita Shania. Tidak, percaya kalau Alul akan melakukan hal seperti itu.
"Gue udah coba pancing dia buat jujur sama gue, gue udah coba ngode dia agar dia gak terus bohong, tapi dia terus berkilah. Sampai akhirnya gue gak ada pilihan lain, gue nyewa orang kepercayaan Papi buat nyelidikin perempuan itu. Dan yang gue dapetin, ternyata perempuan itu punya anak sama Alul, namanya Alra, umurnya 11 tahun "
"Apa ?" Shania mengangguk. Ia mengusap air matanya.
"Hati gue sakit banget tau itu. Gue juga coba tes DNA, dan hasil nya emang cocok. Alra anak nya Alul. Loe tau gimana kecewa nya gue, Shan. Seandainya dia milih jujur, gue gak akan milih jalan ini. Gue lapang hati nerima anak itu. Tapi, dia milih bohong dari pada jujur sama gue.
Loe tau Bang Biru siapa ? Dia anak Papi dengan perempuan di masa lalu nya, tapi Mami mau maafin Papi, mau tetap jalan sama Papi, Mami bisa Nerima Bang Biru dengan baik bahkan seperti anak sendiri, kenapa ? Karena Papi gak pernah bohong, Papi berani buat jujur. Gue belajar ikhlas itu dari Mami. Beliau bilang, selama Papi jujur dan gak bohong walau itu nyakitin dan ngancurin banget, dia akan terima semaunya. 
Tapi, Alul enggak! Dia malah nikmatin banget kebersamaan nya dengan perempuan dan anaknya itu " jelas Shania dengan air mata dan penuh sesak.
"Dan tadi? Dia bisa cerita ke Lora, yang bukan siapa - siapanya. Tapi gak bisa jujur sama gue ? Dia gak nganggap gue sama sekali, Shan. "
Shani hanya bisa diam, tidak tau harus berkata apa. Mungkin, kalau ia ada di posisi Shania, dia juga akan melakukan hal yang sama. Yaitu, milih pisah.
Jika dalam suatu hubungan, tidak ada lagi kejujuran. Maka semua akan hancur. Ia selalu menerapkan itu dengan suaminya. Bahkan, setiap Biru nemenin client di sebuah CLub, suaminya selalu bilang padanya. 
Dua sahabat itu akhirnya, kembali terdiam. Shani, memeluk Shania dengan erat, tidak tau kalau selama ini Shania menyimpan semua nya sendiri. Tidak mau menceritakan semuanya itu, karena Shania ingin menjaga ke harga diri Alul. Karena, itu adalah aib. Dan ia tidak mau membongkar itu. Walau ia benci dan sangat amat kecewa pada Alul, tapi ia bukan lah orang yang akan menjatuhkan kan seseorang dengan hal yang buruk.
Biar semua, cukup dia dan Tuhan yang tau semuanya. Tapi, ia sedikit bisa merasakan lega sekarang, bisa bercerita pada Shani yang emang ia percaya dapat menjaga rahasia itu. Ia bersahabat dengan Shani bukan setahun dua tahun, tapi sudah sejak ospek dulu. Jadi, ia sangat tau gimana Shani. Jadi, ia tidak perlu khawatir.
°°°