“Mas berangkat besok ya naik travel.” Kata Mas Barra tiba-tiba saat kami duduk berdua di luar setelah makan malam. Kami sama-sama mendengarkan lagu rohani dari handphone Mas Barra dengan menggunakan headseat. Mas Barra menggenggam tangan kiriku dengan kami duduk bersisian dan menggunakan headseat bersama-sama. sebenernya aku ingin menarik tanganku, tapi Mas Barra memaksa membuatku akhirnya mengalah. Walaupun sebenernya aku menginginkan sentuhan sederhana ini tercipta. “Oke,” Jawabku cuek. Aku kembali sibuk dengan pikiranku sambil mendengarkan lagu tersebut begitu juga dengan Mas Barra yang sepertinya tampak berpikir. Tangan kirinya mengelus tanganku yang berada dalam genggamannya. “Mas punya rencana atas hubungan kita, tapi Mas nggak tahu kamu setuju apa enggak.” Kata Mas Barra dengan t