Mas Barra langsung saja bangkot berdiri dan berdiri di hadapanku sambil menggenggam tanganku dengan erat. Aku berusaha menarik tanganku agar Mas Barra tidak menggenggamnya, aku takut kalau Mas Barra bersikap seperti ini pada akhirnya aku kalah dan luluh. Aku akan gagal dan aku takut untuk di sakiti kembali. “Harus berapa kali Mas bilang sama kamu kalau Mas nggak punya perasaan itu sama Sandra. Mas hanya cinta sama kamu, Mas hanya punya rasa nyaman sebagai teman nggak lebih.” Aku kembali tertawa mengejek. “Dulu juga Mas nyaman ke aku dan akhirnya kita gimana? Kan di mulai dari rasa nyaman.” Mbak Sandra ikut bangkit berdiri dan menatapku dengan lekat. “Kamu harus percaya sama Barra, dia nggak akan mungkin berpaling dengan yang lain. Cinta dia itu hanya untuk kamu bukan untuk yang lain, ka