Agresif

1709 Kata
Damon melihat ponselnya saat jam pelajaran berakhir, ia melihat ada sekitar 13 miscall dari sonya dan ia segera menelpon gadis itu kembali.  Ia menunggu sejenak hingga mendengar suara serak dari seorang wanita yang tidak asing baginya mengangkat telpon itu. "Damon..." Panggil wanita itu mulai terisak membuat kerut yang cukup banyak di kening Damon. "Bu. Ada apa ? Dimana Sonya?" tanya Damon sembari berjalan cepat ke arah mobil yang terparkir di halaman kampus. "Sonya, kecelakaan dan----" "God, dimana kalian sekarang?" tanya Damon dengan nafasnya yang tersengal, ia mendengar ibu Sonya memberitahukan alamat rumah sakit dan dengan segera mobil itu berdecit keras saat keluar dari halaman kampus. "Bagaimana bisa Sonya." Damon bergerak cepat dan fokus pada jalan-jalan yang tampak lenggang pada siang hari ini hingga sampai ke rumah sakit dimana Sonya sedang dirawat. "Bu... Bagaimana Sonya?" tanya Damon sembari memegang lengan wanita itu dengan kuat, wanita itu menunduk dan menangis pasrah seakan tidak mampu bercerita banyak hal. "Sebaiknya kau lihat sendiri kondisinya." Damon mengikuti wanita itu berjalan menuju kamar dimana Sonya terbaring lemah. perlahan kepala gadis itu berputar dengan sangat pelan, ia tersenyum sangat santai seperti tanpa beban. Damon masuk ke dalam dan melihat ibu sonya memilih untuk meninggalkan mereka berdua disana. "Apa yang terjadi Sonya?" tanya Damon lalu melihat wajah gadis itu dengan jarak tidak jauh. Sonya menelan Saliva dan dari sudut sana terdengar suara kerongkongan yang terasa kering tampak mengeluh. "Aku hampir menabrak seseorang, lalu membanting setir mobil lalu tanpa sengaja aku menginjak Rem mobil dan mengenai bangunan hingga----" Sonya diam tidak ingin melanjutkan ucapan nya yang baru saja menerima sebuah penderitaan. "Lantas kenapa kaki mu?" tanya Damon saat melihat Ruth langsung mengulum bibir seakan tidak kuasa untuk bercerita pada Damon selebihnya. "Akuu-----" Sonya menangis tidak kuasa membuat Damon semakin bertanya-tanya dengan kondisi Sonya saat ini. Gadis itu menatap Damon dengan pandangan berkaca-kaca seakan ingin menangis kencang sekarang. "Pinggang hingga kaki ku tidak bisa di gerakkan Damon. Aku ---- aku sekarang Lumpuh." Sonya kembali menggigit bibirnya dengan kuat menahan air mata yang tidak kuasa ia bendung, Damon langsung terkejut dengan ketidakpercayaan nya saat ini. "Apa tidak bisa di sembuhkan ? Aku akan membantu mu. Aku punya uang Sonya." Gadis itu menggeleng pelan lalu menarik nafasnya dalam-dalam. "Butuh waktu untuk sembuh Damon, mungkin sekitar 4 atau 5 tahun dan hanya sekitar 68%." "Pasti ada jalan Sonya, mungkin kau harus di operasi." "Tidak. Aku tidak ingin di operasi dengan uang mu." Sonya menatap Damon dalam-dalam saat ini untuk bersikeras menolak, lagipula hal itu belum tentu berhasil. "Astaga Sonya, lantas apa gunanya aku jika tidak bisa membantu mu?" bentak Damon seakan tidak terima dengan Sonya. "Aku menghormati persahabatan ini, bukan uang mu. Tolong jangan datang kemari jika kau masih memaksa ku untuk melakukan operasi." Sonya bicara dengan tegas membiarkan seluruh perasaan nya tercurah. Damon menghela nafas kasar dan sangat kecewa atas sebuah keputusan yang seharusnya tidak di ambil Sonya. "Tapi kau akan terus begini." "Aku tidak akan kalah Damon, aku akan tetap menjalani segalanya dan---- ternyata kau benar bahwa Neels memang tidak baik untuk ku." Sorot mata Damon tampak tajam saat gadis itu menyebutkan nama Neels. "Dia meninggalkan ku."Suara Sonya kembali bergetar, pertama ia kehilangan kakinya dan pekerjaan part time nya lalu sekarang ia harus kehilangan sosok yang benar-benar ia cintai. "Apa?" Damon mengepalkan tangan nya dengan kuat lalu memutar tubuhnya untuk melangkah dan membuat sebuah perhitungan terhadap Neels namun suara Sonya yang berteriak kencang lagi-lagi membuat nya kini terhenti. "Aku mencintai nya Damon, tidak masalah jika saat ini Neels meninggalkan ku. Mungkin dia butuh waktu untuk menerima gadis cacat seperti ku." Sonya menggigit bibirnya dan menyatukan ujung ibu jarinya sembari menekan kuku-kuku itu sekuat nya. Ia berusaha untuk berfikir positif pada pria yang jelas meninggalkannya saat ini. "Sonya. Kenapa kau terlalu naif ? Pertama kau sering kali diam saat orang menghinamu, kedua kau diam saat Elena memanfaatkan mu dan sekarang ---- apa sekali saja kau bisa berontak Sonya?" "Saat ini aku punya ibu dan kau. bagiku kalian sungguh lebih dari cukup dan aku tidak butuh yang lainnya. Aku mohon hargai keputusan ku Damon, biarkan aku hidup begini sementara waktu dan tolong jangan sakiti Neels." Gadis itu menyatukan kedua tangannya memohon untuk seseorang yang tidak layak membuat hati Damon sangat keras. "Damon please. Berjanjilah." Sonya menaikkan tangannya yang terlihat terluka, pria itu melihat tangan Sonya yang bergetar menahan dan menunggu ia untuk mengucapkan janji. Damon maju satu langkah dan terpaksa mengaitkan kelingkingnya berjanji layak seorang anak kecil. Sonya mengusap air matanya dan berharap Damon untuk menepati seluruh janji yang mereka punya saat ini. "Apa kau yakin akan bertahan begini ?" tanya Damon sembari melihat gadis itu mulai mengusap matanya. "Jika aku tidak bertahan aku bisa apa Damon ? Aku percaya pada Tuhan dan dia akan memberikan ku kesempatan di waktu yang tepat." Sonya benar-benar berusaha untuk menerima dirinya yang baru, ia tidak menyalahkan apalagi mengutuk keadaan nya saat ini, ia berusaha bersyukur dan tetap menjalani hal-hal yang menurutnya lebih baik. Damon diam dalam perasaan gelisah nya dan terpaksa menuruti permintaan Sonya yang tampak sangat menuntut. _________ Dua minggu Kemudian .... " Ada apa dengan Damon. Kenapa dia jarang sekali pulang dan terlihat di kampus." Ruth membantin sembari memegang gelas berisi minuman Beralkohol itu. "Kau tidak minum Ruth?" tanya Neels memecah lamunan gadis yang tengah asik memikirkan tingkah Damon yang semakin dingin dan menjauh darinya. "Ahh yaa--- aku hanya sedang...." Ruth terhenti dan meletakkan gelas minuman ke atas meja membuat Neels sedikit merasa kecewa, ia sudah berencana ingin membuat Ruth mabuk malam ini. "Apa kau sedang punya masalah?" tanya Neels kembali lalu melihat gadis itu langsung menggeleng dengan kuat. Neels meraih tangan Ruth dengan lembut membuat gadis itu terdiam sejenak di hadapannya. "Ruth, aku ingin bicara pada mu. Serius." Neels menatap wajah gadis itu lebih lama lalu melirik ke arah Mariah yang duduk di cukup jauh dari mereka. Ruth terdiam dan berusaha menarik tangan nya namun cengkraman itu cukup kuat hingga ia kembali harus sedikit pasrah. "Aku menyukai mu Ruth. Apa kau mau menjadi kekasih ku? Hmm?" tanya Neels sembari menatap seakan menantang mata tajam milik gadis tersebut. Ruth terdiam sejenak lalu mengulum senyuman, oh kenapa bisa-bisanya wajah Damon terbayang saat ini. Padahal ia cuku nyaman saat bersama Neels. "Kalau kau tidak -----" "Aku mau!" Jawab Ruth sangat cepat dan memotong perkataan Neels yang langsung sedikit menatap me arah Mariah kembali. "Apa kau serius Ruth?" tanya Neels dengan suara yang penuh keyakinan lalu melihat gadis itu perlahan mengangguk ke arahnya "Oh-- aku sangat senang. Ayo kita rayakan hari ini." Neels langsung menarik sebuah botol yang lainnya dan menuangkan itu kedalam gelas bersih dan lebih besar. "Ini minumlah." Neels menyodorkan segelas minuman yang sangat penuh itu pada Ruth hingga gadis itu sedikit melambat untuk meraih nya. "Ayo habiskan Ruth, setelah ini kita akan bercinta." Pandangan Neels semakin menajam saat melihat gelas yang ada di tangan Ruth semakin dekat dengan bibirnya. Tappp!!  Sebuah tangan kuat memegang gelas besar itu, sontak Ruth langsung menoleh dan terkejut saat melihat Damon berdiri tegap di depannya. "Pulang." Ucap Damon dengan suara tegas dan kuat tanpa melepas pandangannya dari Ruth. "Hey, apa yang kau lakukan dengan----" Byurr!!! Neels terdiam saat Damon menarik paksa gelas di tangan Ruth dan mengguyur alkohol itu ke wajah Neels. Pria itu tidak terima dan langsung berdiri untuk memukul damon, Brakkk!!! Tangan Damon lebih dulu meninju wajah Neels sekuat nya hingga pria itu langsung merasa kepalanya seperti berputar bersamaan darah yang mengalir di bibirnya. "Kau fikir aku tidak tau apa yang kau oleh di gelas tersebut?" Damon memandangi Neels dan melihat Ruth berdiri dari tempatnya . "Damon apa yang kau lakukan?" Ruth melihat pria itu berputar kearahnya dan menatapnya sangat lama. "Dasar gadis bodoh." Maki Damon lalu melihat Ruth mengerutkan keningnya dengan kuat. Damon meraih tangan Ruth dan dengan cepat gadis itu menariknya dan mundur. Ruth melirik ke arah Mariah yang berdiri menatapnya dengan tangan terkepal. "Ayo pulang! Atau aku akan menyeret mu." Bentak Damon kuat membuat beberapa orang yang sadar dengan mereka beralih diam untuk melihat pertengkaran tersebut. "Damon kau-----Ahhh Damonnnn." Ruth terteriak kencang saat pria itu menangkap nya dan menggendong kuat layaknya seperti boneka beruang. Damon merasakan Ruth terus memukulnya dan ia sedikit pun tidak memperdulikan hal tersebut. "Damon kenapa kau mengangkat ku seperti ini? Aku bukan barang. Damon lepass !! "Diam Ruth." Teriak Damon sangat kuat hingga gadis itu kaget sekaligus diam hingga tubuhnya terlempar di dalam mobil sport tersebut. "Sebaiknya pegang kursi mu kuat." Ucap Damon saat menghidupkan mesin mobilnya tanpa menoleh ke arah Ruth yang entah harus senang atau kecewa saat ini. Ruth berteriak kencang saat pria itu menaikkan gas mobilnya dan melaju di tengah jalan-jalan kota yang lenggang hingga mereka sampai di rumah. "Turun." Perintah Damon namun tak melihat gadis itu beranjak. Pria itu tersenyum smirk lalu keluar dari mobil dan berjalan ke arah Ruth dan lagi-lagi ia menarik tubuh Ruth sangat kuat dan menggendong nya layak sebuah barang. Ruth terus berteriak memanggil nama siapapun yang tinggal disana berharap mereka akan keluar dan membantunya. "Ayah lihat lah!!!!!! Damon jahat pada ku. Ayahhhhh!!!!" Teriak Ruth semakin kuat saat ia melihat posisinya sudah berada di depan kamar Damon. "Damon!!! Lepas !! aku mau turun, lihat saja aku akan mengadukan semuanya." Damon mengunci kamar nya dan melempar Ruth di atas ranjang. "Oh astaga kenapa mereka semua tidak mendengar ku." Ruth ingin beranjak dari tempat tidur dan meloloskan diri namun entah kenapa malam ini Damon terlihat berbeda dan agresif. Ia menahan perut gadis itu dan membuat Ruth kembali telentang di bawahnya. "Damon apa yang kau lakukan?" tanya Ruth sembari menatap tubuh kuat pria itu di atas nya dengan pandangan yang menggebu. Damon tersenyum smirk membuat Ruth ingin semakin menenggelamkan tubuhnya di kasur yang. terasa empuk. "Apa kau pernah bercinta sebelumnya Ruth?" tanya Damon membuat gadis itu diam dan memikir keras arti dari sebuah pertanyaan Damon yang seakan bukan dirinya. "Damon." "I want you!" Damon membuat Ruth semakin bingung hingga ia merasakan Damon mencium nya sangat dalam hingga sulit bagi Ruth untuk bergerak sedikit pun. Ia terlalu menikmati itu sekarang, sungguh oa tidak mengerti saat ini. "Apa yang sedang terjadi Damon, apa kau melakukan ini untuk membuat ku semakin membenci mu ? Kau salah aku malah---Ahhhh" Ruth merasakan nafasnya tersengal hebat saat Damon melepas ciuman mereka. Damon mengusap wajah Ruth yang tampak tenang lalu kembali menciumi gadis itu hingga merasakan Ruth membalasnya dengan sangat panas.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN