Ruth memutar tubuhnya dengan cepat saat Neels menghilang dari halaman rumah tersebut, ia terhenti saat melihat dan bertahan dengan sosok pria yang sedang menunjukkan ekspresi tidak suka. Damon menyandarkan dirinya di tembok dengan tangan terlipat di d**a tanpa melepas sedikit pun pandangannya pada Ruth.
"Dari mana saja kau"? Tanya Damon spontan keluar begitu saja lalu melihat Ruth tersenyum tipis.
"Bukan urusan mu Damon, kau tidak berhak atas profesi ku atau apapun itu." Balas Ruth ketus lalu menelan Saliva nya saat pria itu berjalan mendekat.
"Daddy dan ayah terus menelpon mu. Apa kau tidak memeriksa ponsel mu huhh?" tanya Damon sembari melihat wajah pucat Ruth saat ini.
"Aku akan menjelaskan nya nanti, sekarang aku butuh istirahat." Ruth bergeser sedikit lalu berjalan menjauhi Damon membuat pria itu sedikit geram.
"Apa hanya itu yang bisa kau katakan sementara kami mencari mu?" tanya Damon membuat gadis itu terhenti di sampingnya dan menatap lekat wajah pria yang sungguh ia cintai.
"Sejak kapan kau peduli pada ku Damon. Jangan berlagak menunjukkan simpati mu." Ruth menelan Saliva, ia merasakan pandangannya sedikit gelap dan entah rasanya ingin sekali ia segera merebahkan tubuh di atas ranjang saat ini.
"Ini bukan masalah peduli atau tidak Ruth, tapi-------" Damon terhenti saat gadis itu mendekat dan melingkarkan tangan di lehernya, Cuppp!!!! Kini bibir mereka menempel di dalam keheningan. Oh apa yang di fikirkan Ruth kenapa ia bisa-bisanya mencium Damon di kondisi seperti ini, Damon merasakan bibir gadis itu hangat dan mata biru Ruth tampak sangat dekat.
Apa dia mabuk? Tapi sedikitpun tidak tercium bau alkohol, fikir Damon membatin.
Ruth melepas ciuman nya membuka sedikit mulutnya dan menatap reaksi Damon yang masih diam membeku di tempatnya. Ruth tersenyum mudah lalu mengulum bibirnya seakan ingin menunjukkan ia senang.
"My first kiss."
Ruth kembali mengangkat kepalanya menatap Damon dan mengatakan hal konyol setelah berani mencium pria seperti itu, Damon mengerutkan kening lalu membasahi bibirnya saat ini.
"Dasar gadis gila." Damon memutar tubuhnya dengan cepat, apa ini kenapa Damon merasa semalu ini bukannya mereka pernah melakukan itu sebelumnya bahkan lebih dan sangat dalam walau saat itu keadaan Ruth sedang tidak sadar. Brakkk!!! Damon menoleh kebelakang saat mendengar suara dentuman jatuh di belakang nya.
"Ruth." Seketika mata hazel itu membulat besar, ia segera melangkahkan kaki ke arah gadis tersebut dan memeriksa keadaannya.
"Ya Tuhan kau panas sekali." Damon langsung menggendong gadis yang tidak sadarkan diri itu ke kamarnya lalu mencari ponsel untuk menelpon seseorang.
"Dokter datang kerumah ku segera, Ruth pingsan." Damon terlihat panik sekaligus takut, apakah ia memarahi Ruth terlalu kasar hingga---- Ahh tidak gadis itu memang terlihat pucat sejak tadi. Damon mematikan ponselnya dan duduk di sebelah Ruth yang kini terlihat sangat lemah dan berbeda dari biasanya. Ia meraih tangan Ruth lalu meremasnya dengan kuat, entah tidak tau betapa khawatirnya ia saat ini terhadap kondisi tubuh Ruth.
Cup!! Ia mengecup punggung tangan gadis itu dan menaruhnya di kening merasakan kehangatan yang mengalir di sana. Ia berdiam diri seperti itu sampai ia mendengar seseorang yang ia tunggu datang untuk memeriksa keadaan Ruth.
"Apa yang terjadi Damon?" tanya Dokter Christin dengan wajah penasaran dan langsung mengeluarkan alat untuk membantunya memeriksa Ruth.
"Entahlah, dia tiba-tiba pingsan. Tolong cek dengan benar."Pinta Damon dengan suara yang sedikit bergetar lalu meraih kembali tangan gadis itu dan meremasnga tanpa peduli.
"Dia demam biasa. Aku akan memberikannya suntikan penenang dan obat, aku yakin besok Ruth akan kembali sedikit normal." Damon hanya mengangguk dan melihat dokter tersebut mengeluarkan jarum suntik lalu mengisinya dengan obat.
Damon melepas genggaman nya dan membiarkan dokter itu menyuntikkan obat itu ke tubuh Ruth dengan cepat.
"Tampak nya dia sedikit stress. Apa yang terjadi?" tanya Dokter Christin sembari menarik jarum itu setelah memasukkan seluruh obat yang ada di dalam benda tersebut.
"Mungkin karna aku-----"
"Kau menghindarinya Damon ? Mau sampai kapan kau begini sejak kejadian itu." Damon menunduk lalu melirik kembali ke arah Ruth yang tidak sadarkan diri. Ia meraih ujung jemari gadis itu dengan cepat lalu menatap wajah dokter tersebut.
"Aku takut dia terluka kembali. Bagaimana kalau ingatan nya tiba-tiba ingat tentang peristiwa tersebut." Damon melihat senyuman terlukis di wajah dokter tersebut, ia mengerti bagaimana Damon dan perasaan nya.
"Bagaimana jika aku mengecewakannya lagi seperti waktu itu? Dan bagaimana kalau dia tidak memaafkan ku?" tanya Damon kembali sembari menunduk dengan rasa bersalah yang cukup besar, ia merasakan tangan dokter itu menyentuh pundaknya seakan memberi kekuatan padanya.
"Kau tidak akan bisa terus menerus seperti ini Damon, Sampai kapan kau bisa menahannya dan aku rasa ini adalah saatnya karna kalian sudah cukup dewasa." Pandangan Damon berpindah ke arah dokter tersebut lalu menghela nafas dalam-dalam, ia mengulum bibirnya dan membasahi itu dengan cukup lama.
"Baiklah, aku pergi dulu ini sudah sangat malam." Dokter tersebut bangkit setelah mengemasi barang-barang nya, ia melihat Damon yang berdiam diri sejenak lalu menatap ke arah Ruth.
"Damoonn." Tiba-tiba suara pelan dan penuh kesedihan keluar dari bibir Ruth membuat dokter tersebut dan Damon saling berpandangan sejenak.
pria itu lagi-lagi hanya diam lalu melihat wajah dokter Christin tersenyum dan langsung memutar tubuhnya untuk meninggalkan ruangan kamar itu.
"Damon." terdengar kembali suara Ruth yang terdengar pelan namun menuntut membuat pria itu mengusap lembut wajah gadis itu.
"Tidurlah my queen, aku---mencintai mu." Damon merapatkan tangan mereka dan duduk di lantai sembari meletakkan kepalanya di kasur. Ia memejamkan mata dan tertidur dengan posisi yang seakan tidak ingin meninggalkan Ruth sedikit saja.
___________
Keesokan paginya...
Ruth terbangun saat cahaya masuk ke kamar itu dan menembus ke wajahnya, Ia menyipitkan mata dan melihat Alex berdiri disana dengan pandangan khawatir.
"Hey, kau baik-baik saja princess?" tanya Alex lalu melihat ke arah Troy yang duduk di ujung kakinya dengan pandangan pucat.
"Ada apa? Kenapa kalian disini?" tanya Ruth menatap mereka dengan penasaran, karna terakhir kali orang tua nya masih belum kembali ke Los Angeles.
"Damon mengatakan kau pingsan kemarin." Ucap Troy melihat putrinya itu bergerak dari dalam selimut.
"Kemarin?" tanya Ruth dengan pandangan heran lalu melihat keadaan kamarnya yang kini terlihat tapi.
"Hm-- kau sakit dan tidak sadarkan diri satu hari sejak malam kemarin." mata Ruth membulat besar, ia merasakan kepalanya masih sedikit berat walau kini tubuhnya tampak kembali normal.
"Jadi siapa yang----"Ruth terhenti saat melihat Damon berdiri di depan pintu dengan pandangan kesal, ia sangat repot dan khawatir setengah mati karna Ruth tidak bangun.
"Aku kira kau mati." Tatapan ketiganya langsung beralih pada Damon saat segitu santai nya dia mengatakan kalimat seperti itu. Ruth mengingat sesuatu hal gila, lalu menutup wajahnya dengan bantal agar tidak ketahuan wajah nya kini memerah saat mengingat kejadian tersebut.
"Ruth ada apa?" tanya Alex penasaran sembari melirik ke arah Troy yang kini berpindah ke arah Damon.
"Aku harus pergi ke kampus." Damon segera memutar tubuhnya, lari dari hal yang seharusnya mereka bahas dan merasa lega karna Ruth kini sudah di rawat oleh keluarganya.
Damon menghidupkan mobil dan melihat sebuah buku yang tergeletak di kursi penumpang dan membukanya dengan cepat. Ia melihat salah satu bagian yang membuatnya tersenyum sendiri lalu mengulum dan menggigit bibirnya.
Dia hanya butuh satu malam untuk lukisan itu, yah dia melakukannya saat menjaga Ruth yang kemarin masih setia dengan sang mimpinya.
Damon meletakkan buku itu lalu menjalankan mobil untuk berjalan menuju kampus.
Sesampainya di kampus ia langsung memasang earphone dan menutupi kepalanya dengan hoodie untuk menghindari orang-orang yang terlihat membicarakan hal tentang nya saat ini.
Pria itu terhenti sejenak saat melihat sosok yang sejujurnya tidak ingin ia lihat. Elena menatap nya dengan pandangan kecewa membuat Damon melepas earphonenya.
"aku sudah bilang kan kau ----"
"Yah, aku akan memutuskan hubungan ini, ternyata ini terlalu rumit dan sulit. Orang tidak akan percaya jika aku mengatakan kalau kau adalah kekasih ku." Damon tersenyum licik dan menyatakan kemenangan dari rencananya saat ini.
"Harusnya kau tidak melakukan ini sejak awal, apalagi sampai mengancam Sonya."
"Aku tidak akan mengusiknya asal kau tidak mengatakan hal ini pada orang lain." Lagi-lagi ia menang, Damon sangat tau jika wanita seperti Elena pasti akan menjaga nama nya di kampus dan ia tidak akan bersedia menanggung malu sementara ayahnya yang ikut menjabat disini.
"Okay, jika kau berani mengusik kehidupan ku atau Sonya bahkan siapapun yang berkaitan dengan ku, aku akan memastikan kau dan ayah mu akan langsung pindah dari kampus ini." Damon menatap wajah Elena yang menganggung. Mata gadis itu sedikit berkaca-kaca lalu ia segera memutar tubuhnya dan meninggalkan Damon disana sendiri.
Damon kembali meraih earphone nya lalu terhenti saat melihat kini Mariah yang berdiri tegak di depannya.
"Hmmm--- apa kau tau dimana Ruth? Karna semalam kalian bersamaan tidak masuk kelas."
"Jika seseorang bersamaan tidak masuk kelas apakah aku wajib tsu dimana dia?"tanya Damon dengan tegas membuat gadis itu menelan Saliva nya.
"Damon aku------"
"Lagipula sejak kapan kau berteman baik dengan Ruth, bukannya kau hanya ingin merusak nya?" potong Damon membuat gadis itu sedikit terdiam disana. Mariah tersenyum tipis semebari menutup mulutnya.
"Kau terlalu banyak bicara omong kosong Damon, aku senang berteman dengan Ruth."
"Oh ya? Sangking terlalu senang nya kau berkali-kali mengenalkan dia dengan pria, apa itu usaha mu untuk menghancurkan nya? Jangan coba-coba Mariah kau belum tau siapa aku." Damon mengancam, sungguh ia tidak peduli apa yang ada di benak Mariah yang jelas ia puas mengutarakan maksud hatinya saat ini.
"Dari mana dia tau semua itu, apakah Damon dan Ruth sedekat itu?" Batin Mariah lalu membiarkan Damon berjalan melewatinya dengan pandangan yang tinggi.