Pelan-pelan sepasang mata hazel tampak terbuka saat cahaya matahari berhasil menembus celah tirai kamar hotel tersebut. Damon memegang sudut hidung nya lalu melirik ke arah Ruth yang masih lelap dalam tidur. Mereka tidur sambil berpelukan semalaman ini.
Ini seperti mimpi bagi keduanya, kemarin mereka baru saja bertengkar, baru saja saling berpisah dan saling bertingkah asing. Tapi semalam kenapa hal itu terjadi begitu saja dengan mudah, mereka seakan di per satu kan lebih cepat dan kini----
"Kau milikku." Damon membatin lalu mengusap lembut wajah wanita yang itu, memikirkan betapa banyak nya ia melukai Ruth, mendorong nya, membuat nya terluka dengan kata-kata bahkan tingkah yang benar-benar tidak menunjukkan layaknya pria sejati.
Damon menghel nafas lega, ia berhasil mendapatkan Ruth seutuhnya. Sejenak terlitas sebuah senyuman terukir di wajah itu membuat Damon ikut tersenyum mengingatnya. Ya Tuhan, jantung nya berdetak cepat, ia bahkan tersenyum hanya karna membayangkan Ruth dan mulai hari ini selayaknya mereka memulai sesuatu yang berbeda. Pria itu menaikkan tubuhnya dengan hati-hati untuk bangun dan membersihkan diri, ia tidak ingin putri itu terbangun sekarang walau sejujurnya penasaran bagaimana reaksi wajah Ruth selanjutnya.
Setelah membersihkan diri, pria itu kembali memperhatikan Ruth yang tidur seperti orang mati. Damon sudah sangat tau itu, ia tidak akan bangun jika seseorang menggoyangkan tubuhnya dengan kuat ataupun memang ia ingin bangun, tapi mungkin saja saat ini ia diam dan bingung bagaimana cara menghadapi Damon setelah apa yang mereka lakukan semalam. Pria itu keluar dari kamar meninggalkan Ruth sejenak dan melihat ponselnya bergetar.
"Yah, daddy." Damon bicara tegas, tanpa hambatan dan terlihat sedang sangat senang. Mata Alex berputar ke arah Troy penasaran.
"Kau dimana sekarang?" tanya Alex membuat Damon langsung menelan Saliva.
"Aku-- di hotel. Ruth masih tidur."
"Tumben kau tidak memanggilnya gadis pengganggu Damon?" tanya Alex membuat pria itu diam sejenak lalu menggigit bibirnya kuat.
"Akuu----"
"Oh ya, aku dan Troy akan menjodohkan Ruth dalam waktu dekat." Ucapan Alex membuat Damon terpancing, pria itu langsung memindahkan ponsel nya ke sebelah telinga kiri dan berjalan cepat keluar hotel.
"Apa maksud kalian?" tanya Damon tegas.
"Yah, Aku juga tidak ingin melihat kau terus-menerus menyakiti princess ku Damon. Jadi menurut ku ia pantas mendapatkan pria lainnya." Alex membuat Damon terdiam sejenak dalam rasa amarah, ia mengepalkan tangan dan ingin bereaksi.
"Damon--- aku akan kembali minggu depan. Tolong jaga baik-baik Ruth selama itu, sesudah kami pulang aku akan melangsungkan pertunangan untuk Ruth." Alex menutup panggilan telpon itu lalu menatap wajah Troy lebih dalam. Ia meletakkan ponsel nya dan melirik ke arah Pria yang kini bukan hanya menjadi seorang pelayan, tapi pria itu adalah keluarganya, sahabatnya serta tempat ia bersandar.
"Kenapa kau melakukan itu pada Damon?" tanya Troy merasa tidak nyaman karna Alex terlalu memanjakan Ruth dari pada Damon yang jelas menjadi anaknya sendiri.
"Karna aku ingin Troy."
"Alex. Apa yang kau harapkan ?" tanya Troy membuat kedua mata tajam itu bertemu sejenak.
"Damon mengakui perasaan nya terhadap Ruth, dan ada sesuatu hal dari Damon yang tidak bisa aku lihat bahkan aku jangkau. Anak itu sangat berbeda Troy." Alex meraih coffee nya, menghirup aroma wangi minuman tersebut dan menyicipnya sedikit.
"Apa karna kau tidak bisa mengawasi Damon?" tanya Troy membuat pria itu mengangguk.
"Dulu, siapapun bisa aku baca. Dulu siapapun bisa aku fahami dan mengetahui banyak rencana jahat seseorang, tapi tidak untuk Damon. Dia terlalu misterius untuk ku, dia terlalu lihai dan dia seperti memiliki koneksi yang sangat banyak. Tapi entahlah..."
"Lantas kenapa kau ingin Damon mengakui perasaan nya terhadap Ruth?" tanya Troy tidak mengerti pemikiran Alex lebih dalam.
"Untuk melindungi anak mu seperti kau melindungi ku." Troy terdiam sejenak, sungguh ia melindungi bukan karna menuntut sebuah balasan. Ia benar-benar tulus untuk Alex, keluarga Stefano.
"Dan--- aku juga tidak sabar ingin melihat cucu. Aku takut tidak bisa melihat mereka berlari di rumah ini." Alex tersenyum lalu menghela nafas setelah bicara konyol hingga sebuah gurat halus terlihat di wajah Troy.
"Aku juga berharap demikian. Aku juga ingin mendampingi putri ku, melihat nya gugup dan tersenyum." Troy dan Alex saling memandang dalam senyuman, dan tanpa mereka sadar ada dua wanita yang ikut mendengar, mendoakan dan berharap atas doa mereka yang tidak terlalu menuntut.
_______
Ruth memegang tengkuk nya yang terasa tegang. Ia menaikkan tangannya dan menggerakan tubuhnya dengan sangat kuat.
"Ahhh--" Ruth merasakan sesuatu terasa sangat perih di bawah nya, Ia membukan matanya lebar-lebar saat ingat kejadian yang ia lewati tadi malam.
"Hah ?? Apa itu serius ? Apa yang aku lakukan--"Ruth menelan Saliva nya kuat-kuat lalu mendengar pintu kamar hotel tersebut terbuka dan langsung menampilkan wajah Damon.
"Kau sudah bangun?" tanya Damon dengan manisnya, ia melihat Ruth mengangguk dengan wajah merah dan entah kenapa itu menggemaskan untuknya. Tapi suasana itu begitu canggung. Ruth menggigit bibirnya kuat, lalu merapatkan selimut yang menutupi tubuhnya.
"Apa masih terasa sakit?"
Huhh???? Ruth langsung merespon, bagaimana bisa Damon menanyakan hal yang sangat sensitive saat ini. Apa dia tidak tau berapa malunya Ruth saat ini sampai kerongkongan nya terasa kering.
"Hmmm--sedikit." Jawab Ruth lalu melihat pria itu mendekat lalu mencium kening nya hingga kini mungkin wajah Ruth seperti sedang di panasi.
"Kau harus terbiasa. Nanti rasa sakitnya akan hilang."
"Terbiasa katanya?" batin Ruth sembari melihat pria itu sangat dekat.
"Apa kau tidak lapar? Bangunlah, kau harus makan." Damon mengusap lagi wajah gadis itu dan kini sungguh membuat Ruth sadar ini adalah sebuah kenyataan. Bukan mimpi Damon ataupun Ruth apalagi mimpi pembaca, ini nyata!!
Tiba-tiba Ruth memeluk pria itu dengan erat, ia merasa takut jika Damon akan meninggalkan nya setelah ini, sungguh ia tidak ingin Damon melakukan hal itu.
"Ada apa hm?" tanya Damon membuat wanita itu sedikit mendongak ke arahnya dengn pelan.
"Kau harus berjanji tidak akan meninggalkan ku. Jika hal itu terjadi aku akan membunuh mu." Ruth sadar ternyata pria itu terlalu membuat hatinya terkunci rapat. Oleh karna itu setelah ia pergi bersama Neels dari galeri lukisan itu Ruth memilih untuk memutuskan hubungan mereka karna bagaimana pun tidak akan ada pria lain yang bisa membuat nya bebas. Damon mengangkat dagu wanita itu menatap nya dalam-dalam lalu mencium nya dengan sangat lembut.
"Bagaimana kalau kita melakukan sekali lagi sebelum pulang?" tanya Damon lalu melihat wanita itu tersenyum dan memukul punggung nya dengan kuat.
"Dasar pria tidak tau diri." Ruth melihat Damon langsung menariknya dan membuat ia kembali terjatuh di seprai yang tampak terdapat bercak darah itu, dan membiarkan pria itu kembali menikmati tubuhnya kembali.
"Aku rasa aku menyukai ini." Ruth membatin sembari merasakan miliknya yang penuh, remasan-remasan tangan pria itu begitu mendominasi nya dan itu adalah hal yang tidak bisa ia lepaskan begitu saja.
"Damon-- apa aku bisa meminta sesuatu dari mu?" tanya Ruth membuat pria itu menoleh ke arah nya dengan cepat.
"Hmm---tentu saja." Damon mengedarkan pandangan nya ke arah wajah Ruth yang tampak basah karna keringat.
"Tolong rahasiakan ini dari keluarga dan kampus." Ruth menatap Damon yang terdiam tidak suka, apalagi ia tau kalau Ruth akan di jodohkan Alex minggu depan dengan pria lain. Sungguh memikirkan nya saja membuat pria itu frustasi.
"Please Damon, aku takut ayah akan marah dengan hubungan ini."
"Tapi mereka----"
"Aku mohon. Berlagak lah seperti biasa." Ruth menyatukan kedua tangan nya, mengulum bibir hingga akhirnya Damon mengangguk.
"Tapi--- kau tidak punya hak menentukan batas nya. Aku bisa kapan pun mengatakan ini pada keluarga kita Ruth." Ruth mengeluh dan ia sadar tidak akan bisa melawan Damon. "Baiklah." Ruth merasakan tangan pria itu meraih kepalanya dan mengusap dengan sangat lembut.
"Oh ya Damon. Aku tidak akan hamil kan?" pertanyaan Ruth terdengar polos membuat Damon terdiam sejenak.
"Memang kenapa, aku lebih senang jika kau hamil. Kita bisa langsung menikah."
"Tidak!! Aku masih punya tugas kuliah, pekerjaan dan teman-teman." Protes Ruth takut dengan kehamilan nya. Mereka masih sangat muda saat ini walaupun di Amerika itu terlihat wajar Ruth tidak ingin menikah sekarang.
"Kita lihat saja nanti. Sekarang bangunlah, kita harus pulang dan melanjutkan ini di kamar ku." Ruth melempar bantal ke arah Damon, Lancang sekali dia bicara seperti itu. Damon terkekeh lalu kembali mengecup bibir wanita itu dengan lembut.