Evelyn baru saja selesai menyajikan sarapan di meja makan. Sepiring nasi hangat, sup ayam bening, dan telur orak-arik tersusun rapi di atas meja. Ia menghela nafas lega, merasa cukup puas dengan usahanya pagi ini. Namun, saat ia hendak duduk, suara langkah kaki terdengar semakin mendekat. Devan masuk ke ruang makan dengan ekspresi datar. "Sayang, harusnya kamu menyiapkan bajuku dulu," kata Devan dengan nada santai, tetapi cukup untuk membuat Evelyn terkejut. Hatinya mencelos seketika. "Oh…" Evelyn terdiam beberapa detik, mencoba mencerna perkataan suaminya. Ia sama sekali tidak terpikir bahwa sebagai istri, ia juga bertanggung jawab atas hal itu. "Maaf, Mas. Aku nggak kepikiran," ucapnya pelan, merasa bersalah. Devan tidak terlihat marah, hanya menghela napas kecil. "Ya sudah, lain ka

