Bab 8 - Ciuman yang Familier

2288 Kata
Saat ini Shenna dan Joe berada di mobil mewah milik Shenna. Sejujurnya pemandangan seperti ini bukan hal aneh terutama ketika break sejenak di kala syuting yang mereka lakukan. Ya, tak jarang Joe istirahat bersama Shenna untuk sekadar menikmati makanan atau kopi sambil membahas adegan selanjutnya. Lebih tepatnya Shenna yang meminta bergabung dengan Joe lebih dulu. Hal yang membuat Joe semakin sadar kalau selama ini Shenna memang terang-terangan mendekatinya. Namun, beberapa hari ini terutama sejak ajakan selingkuh yang Shenna tawarkan, mereka berduaan bukan sekadar membahas adegan selanjutnya, melainkan terkadang mencuri-curi waktu untuk bermesraan. Ah, maksudnya Shenna yang memaksa, sedangkan Joe melakukannya dengan terpaksa. Pria itu berada di bawah tekanan sehingga bersedia melakukan yang Shenna inginkan. Padahal jauh di lubuk hatinya sangat merasa bersalah terhadap Moza. Seperti yang sekarang Joe lakukan, pria itu terpaksa meladeni ciuman yang Shenna mulai. Ya, mereka ber-cumbu di dalam mobil Shenna yang diparkirkan di lokasi syuting. Tentunya tidak ada yang melihat karena kaca film mobil Shenna benar-benar membuat apa yang ada di dalam mobil sangat privasi, ditambah lagi ada tirai sehingga lengkap sudah semuanya. Joe sudah mirip seperti kerbau yang dicucuk hidungnya. Pria itu hanya bisa pasrah menuruti permintaan Shenna demi video sialan itu jangan sampai jatuh ke tangan Moza. Tiga bulan. Ya, hanya butuh waktu tiba bulan sampai ia terbebas sepenuhnya dari wanita berbahaya ini. “Kenapa tegang banget, Joe?” kekeh Shenna di akhir ciuman mereka. “Tenang aja, nggak akan ada yang melihat kita. Selain di sini aman, aku yakin nggak ada yang bakal curiga sama apa pun yang kita lakukan, soalnya kita memang sering minum kopi sambil latihan sambil break begini,” sambungnya. “Hmm, apa jangan-jangan kamu pengen main kuda-kudaan siang-siang begini?” “Diam kamu,” kesal Joe. “Joe, jangan setia-setia bangetlah sama istri kamu. Lihatlah, aku lebih cantik dari Moza!” “Sori, Moza jauh lebih cantik dari kamu.” “Baiklah, tapi aku lebih hot di ranjang. Mau nonton ulang video panas kita? Ah, aku masih ingat jelas wajah menggemaskan kamu saat aku yang menguasai permainan di atas tubuhmu.” “Aku mau turun.” “Eits, kita belum selesai bicara, Sayang.” Shenna segera menahan tangan Joe yang hendak turun. “Shen, kenapa kamu melakukan ini padaku? Atau kalau kamu butuh uang, aku bisa berikan tapi tolong hentikan semua ini.” “Ya ampun, sepertinya kamu punya bakat cenayang, Joe. Aku memang menahan kamu agar jangan langsung turun karena ini membahas soal uang.” “Berapa yang kamu inginkan?!” tanya Joe cepat. “Enggak banyak, kok. Hanya tiga juta lima ratus.” “Kamu serius?” tanya Joe memastikan. Bahkan, Joe bisa memberi di atas sepuluh juta asalkan Shenna berhenti mengganggunya. “Serius dong. Aku butuh uang jajan yang harus kamu penuhi setiap harinya. Aku mau seharinya tiga juta lima ratus, kalau sebulan … aku bulatkan aja deh menjadi seratus juta. Dan aku yakin uang segini kecil bagi kamu yang bayaran per satu episodenya lebih besar dariku. Apalagi ini menyangkut kelangsungan rumah tangga kamu dengan Moza agar jangan retak.” “Ternyata kamu memang ingin memerasku.” “Tiga bulan hanya tiga ratus juta dan kamu bisa mendapatkan pelayanan yang luar biasa adalah harga yang sangat murah, Joe.” “Semurah tubuhmu?” “Ya, tubuhku memang murah. Memangnya kenapa?” “Kamu memang sakit jiwa. Jujur ya Shen, kamu masih muda dan cantik, tapi kenapa berbuat se-kotor ini?” “Suka-suka aku, Sayang.” “Kamu memang sialan.” “Silakan umpat aku se-suka kamu, Joe. Semua itu nggak akan bisa mengubah fakta kalau kamu udah masuk perangkapku. Jadi, menurutlah dan kita nikmati masa-masa tiga bulan hubungan kita yang aku yakin akan berlanjut hingga selamanya karena kamu bakalan cinta mati sama aku.” “Mana mungkin aku melepas Moza demi kamu?! Itu adalah hal mustahil.” Shenna terkekeh. “Kita lihat aja nanti, Sayang. Sekarang aku tahu kamu memang terpaksa, tapi bisa jadi tiga bulan yang akan datang kamu tergila-gila sama aku.” “Oke begini aja, aku bayar tiga ratus juta sekaligus sekarang juga tapi tolong … kamu harus berhenti menggangguku.” “Mana bisa begitu?” tanya Shenna tak setuju. “Uang jajan yang aku minta itu hanyalah benefit tambahan. Sedangkan tujuan utamaku lebih dari sekadar uang, yaitu menggantikan posisi Moza.” “Kamu pikir kamu bisa menggantikan posisi Moza? Itu mustahil,” tegas Joe. “Asal kamu tahu, aku baru berhubungan badan dengan Moza setelah kami menikah. Dia masih perawan saat malam pertama kami. Sedangkan kamu se-percaya diri itu bisa menggantikan posisi istriku? Padahal kamu nggak bisa menjaga kehormatanmu. Kamu bahkan menjebakku dan menyeretku ke dalam perselingkuhan yang nggak aku inginkan.” “Kalau begitu nggak apa-apa misalnya aku beneran mustahil menggantikan posisi Moza. Seenggaknya aku punya pengalaman nggak terlupakan yaitu menjadi pacar simpanan Joe Ernando. Tapi lebih bagus lagi kalau ending-nya kamu sama Moza cerai terus kamu lebih memilih sama aku.” “Berengsek! Pilih salah satu, kamu mau memeras atau menghancurkan hidup dan rumah tanggaku?!” marah Joe. “Bisa-bisanya kamu melakukan dua hal kotor sekaligus,” sambungnya. “Joe, kenapa kamu nggak paham-paham? Padahal kamu udah sepakat kita menjalin hubungan selama tiga bulan.” Haruskah Joe mulai mempertimbangkan untuk melenyapkan wanita sialan di sampingnya ini? “Joe, satu hal yang pasti. Aku nggak akan maksa kalau setelah tiga bulan kamu nggak mau menceraikan Moza. Aku juga akan berhenti mengganggu kamu dan mencari korban baru,” jelas Shenna. “Aku pandai menjaga rahasia. Setelah hubungan selesai, aku nggak akan bilang pada siapa pun tentang apa yang telah kita lewati. Aku juga nggak bakalan minta uang jajan lagi. Kita bakalan sepenuhnya putus. Asal kamu tahu, beberapa pria beristri yang udah berhubungan sama aku … rumah tangga mereka baik-baik aja sampai detik ini. Satu pun nggak ada berita tentang Shenna Amanda adalah pelakor, kan?” Shenna masih berbicara, “Ah, sayang sekali aku nggak bisa menyebutkan nama-nama yang pernah menjalin hubungan sama aku karena sekali lagi … ini rahasia yang nggak mungkin aku bocorkan dengan alasan apa pun.” “Sebelum begini padaku, kamu pernah melakukannya pada pria lain?” “Tentu saja. Tapi maaf, aku nggak bisa bilang karena itu rahasia. Begitu juga kalau kita udahan, aku nggak akan bilang sama pacar baruku kalau aku pernah jadi simpanan Joe Ernando,” kata Shenna. “Intinya aku sangat berpengalaman di bidang ini dan kamu jangan berani macam-macam.” “Se-bangga itu kamu menjadi ani-ani?” “Silakan menghujatku, tapi beginilah caraku mencari uang dan segala yang aku inginkan.” “Apa ada jaminan jika setelah tiga bulan kamu benar-benar berhenti? Aku mulai curiga, jangan-jangan itu hanya trik kamu. Ujung-ujungnya kamu tetap mengacaukan rumah tanggaku.” “Aku siap buat perjanjian dengan denda yang besar kalau melanggarnya,” balas Shenna. “Tapi aku nggak bisa mengendalikan perasaan kalau misalnya kamu beneran jatuh cinta sama aku. Justru aku akan sangat bersyukur karena itu artinya … aku dapat jackpot. Seperti yang aku katakan berkali-kali, aku berharap banget bisa menggantikan Moza di sisimu.” “Memangnya aku gila atau apa, jatuh cinta sama kamu?” “Enggak ada yang nggak mungkin, Sayang.” “Serius Shen, kamu masih muda. Kenapa menjalani hidup seperti ini? Kasihan calon suamimu nanti….” “Bukannya kamu calon suamiku?” potong Shenna sambil terkekeh. “Baiklah, kepada calon suamiku … mau yang nikmat-nikmat buat penyemangat syuting?” “Jangan gila. Aku mau turun….” “Turunlah setelah menikmati ini,” balas Shenna sambil membuka satu per satu kancing kemejanya sehingga menampilkan dadanya yang masih terhalang bra. Tanpa banyak basa-basi, Shenna sengaja membuka bra-nya, membuat dua bulatan yang cukup besar itu mencuat seperti baru saja dibebaskan. “Kamu semakin gila,” ucap Joe yang spontan melihat dua bulatan itu lantaran terpampang nyata di hadapannya. “Kamu yakin se-putih dan se-mulus ini nggak membuatmu tergoda, Joe? Hebatnya.” “Aku turun….” “Ups, tapi kok milikmu sangat keras? Jangan malu, nggak apa-apa, kok. Artinya kamu pria normal.” Shenna sengaja membimbing tangan Joe agar menyentuh bulatan indah miliknya. Berawal dari memainkan menggunakan tangan, lama-lama pertahanan Joe runtuh juga. Pria itu kini sudah menjelma seperti bayi yang kehausan. “Ahh, ini nikmat, Sayang,” ucap Shenna, tangannya pun tak tinggal diam. Ia memberikan service jarinya pada milik Joe di bawah sana yang sudah sangat mengeras. Shenna bahkan bersedia memperlakukan benda keras itu selayaknya sedang makan es krim. Mereka memang tidak sampai berhubungan badan karena tidak memungkinkan terlebih bahaya kalau tiba-tiba mobil menjadi bergoyang, tapi tak bisa dimungkiri … baik Joe maupun Shenna sama-sama menikmati apa yang mereka lakukan. “Soal aib yang pernah kamu bilang, bisakah kamu memberi tahu aku … se-banyak apa yang kamu tahu?” tanya Joe sambil merapikan celananya, sedangkan Shenna juga tampak sedang merapikan pakaiannya. “Kenapa? Kamu takut?” kekeh Shenna. “Ya iyalah takut. Joe Ernando, kan, memiliki image sempurna. Kamu juga dielu-elukan banget terutama kaum hawa yang tergila-gila sama kamu.” Joe masih terdiam. “Bahkan misalnya hari ini berita perceraian kamu sama Moza keluar, yang kemungkinan dihujat dan dikira aneh-aneh pasti Moza. Beruntungnya kamu punya banyak pembela. Sungguh privilege yang luar biasa. Dan aku pikir mereka yang nggak tahu apa-apa akan membela kamu mati-matian.” “Kamu hanya perlu mengatakan … apa yang kamu ketahui tentang aku? Se-banyak apa,” tanya Joe yang mulai ketar-ketir. Ia mulai menyadari ada hal berbahaya tentangnya yang Shenna ketahui, sesuatu yang Joe pikir hanya dirinya dengan Tuhan yang tahu. “Joe, hidupmu se-sempurna itu, ya, sebelum kamu masuk perangkapku.” “Apa susahnya menjawab pertanyaanku?!” kesal Joe. “Dengar Joe, jangan sok suci dengan mengatakan ini perselingkuhan yang nggak diinginkan. Kamu mengatakan itu seolah-olah kamu pria lurus yang nggak pernah mengkhianati Moza. Aku baru tahu kalau kamu juara banget soal playing victim.” “Maksud kamu apa, Shen?” “Tanpa kita berselingkuh, aku tahu kamu punya perempuan selain Moza. Kamu beruntung karena nggak ketahuan. Se-rapi itu kamu menutupinya sampai-sampai semut pun nggak tahu. Ah, lagian kalaupun ketahuan … kamu bakalan tetap dibela. Selamat Joe, apa pun yang kamu lakukan kamu tetap hebat di mata mereka.” “Apa itu sebabnya kamu melakukan ini padaku?” “Kamu bahkan nggak menyangkalnya,” kekeh Shenna. “Aku udah sepakat berselingkuh sama kamu, jadi jangan melebar ke mana-mana apalagi sampai mengorek aibku.” “Aku hanya nggak habis pikir, image yang kamu ciptakan selama ini … sungguh luar biasa. Pria baik, tampan, sempurna dan tentunya punya istri cantik. Kamu juga berhasil menjadi pria idaman banyak perempuan, padahal kamu nggak lebih dari sekadar sampah. Sampah yang beruntung.” Shenna masih berbicara, “Itulah alasan kenapa saat kamu bertanya apa yang aku inginkan, hal yang pertama aku katakan adalah … ceraikanlah Moza. Dia berhak mendapat kebahagiaan yang nyata, bukan kebahagiaan palsu yang kamu ciptakan.” Shenna berbicara lagi, “Ya ampun, nggak bisa dibayangkan se-syok apa Moza kalau tahu kelakuan asli suami sempurna-nya.” “Diam kamu! Kamu nggak tahu apa-apa! Apa yang kamu katakan nggak sepenuhnya benar,” tekan Joe. “Oke, aku diam,” balas Shenna sambil tersenyum puas. Bersamaan dengan itu, ponsel Joe bergetar tanda ada panggilan masuk. Ronal memberi tahu kalau sutradara ingin bicara dengannya. Secepatnya mereka merapikan penampilan masing-masing, setelah itu keluar dari mobil dengan tujuan yang berbeda. Joe bertemu sutradara sedangkan Shenna hendak ke ruang ganti baju, lalu bersiap untuk memperbaiki riasan di wajahnya. *** Jangan ditanya betapa merasa bersalahnya Moza terhadap Joe. Ia benar-benar sangat-sangat-sangat merasa bersalah. Namun, ciumannya dengan Andra telah telanjur terjadi. Ciuman yang Moza pikir bukan sekadar akting. Khilaf lantaran terbawa suasana? Entahlah. Intinya ciuman tadi tak seharusnya terjadi! Itu sebabnya tadi setelah ciuman berakhir, Moza langsung mengambil langkah seribu menuju toilet yang ada di ruang latihan. Bukannya apa-apa, Moza tak tahu harus bagaimana sehingga memutuskan ‘kabur’ agar kecanggungan di antara mereka tak perlu menjadi-jadi. Sekarang di sinilah Moza berada. Ia menatap pantulan wajahnya di cermin kamar mandi, terutama bibirnya yang tadi dilumat oleh sang kakak ipar. Astaga…. Moza masih tak habis pikir, apa yang terjadi pada dirinya dan Andra? Tanpa direncanakan dan tanpa kata-kata, mereka tiba-tiba berciuman dan itu sangat gila! Entah berapa lama Moza berada di kamar mandi. Wanita itu baru berani keluar setelah detak jantungnya tidak se-cepat saat berciuman dengan Andra tadi. Moza yang sudah merapikan penampilannya dan tidak lupa memoles kembali bibirnya dengan lipstik yang selalu dibawanya di dalam tas, keluar dari toilet. Rupanya Andra sudah tidak ada. Moza lalu menggeser pintu yang menghubungkan ruang latihan dengan balkon. Bersamaan dengan itu, Moza mendengar suara mobil. Rupanya itu mobil Andra yang terlihat mulai meninggalkan kediaman orangtuanya. Siapa sangka, ternyata Andra kaburnya lebih jauh. Jika Moza kaburnya ke toilet, berbeda dengan Andra yang langsung pergi begitu saja. Ya, mereka bahkan belum mengatakan sepatah kata pun setelah ciuman mendadak tadi. “Ini membuatku gila,” batin Moza. *** Sementara itu, Andra yang sudah mengemudikan mobilnya agak jauh dari kediaman orangtuanya, kini mengurangi kecepatan mobilnya sambil mencari tempat yang tepat untuk menepi. Setelah menemukan tempat yang cocok, Andra menepikan mobilnya dan tidak lupa mematikan mesin mobilnya. “Aku pasti telah kehilangan kewarasanku,” gumam Andra. Andra memegangi kepalanya. Ia akui telah khilaf. Ia terbawa suasana dan semuanya terjadi begitu saja. Meskipun apa yang Andra lakukan sesuai yang ada pada skenario, tetap saja tidak seharusnya ia mencium Moza terlebih tanpa izin. Persetan dengan latihan karena bukan seperti ini yang namanya latihan! “Mana ada latihan tapi ciuman beneran?” gumam Andra lagi. “Aku pasti gila,” sambungnya, lebih pada dirinya sendiri. Tahukah hal yang terasa aneh bagi Andra? Ia merasa seperti familier dengan ciumannya dengan Moza tadi. Kalau orang bilang, ini dejavu. Ya, Andra merasa dejavu. Selain itu, Andra merasa seperti ingat sesuatu. Andra berusaha mengingat memori yang terlupakan olehnya. Moza, kenapa ciuman yang kita lakukan rasanya sangat familier?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN