Selain tidak terduga, pertemuan Moza dengan Andra sedikitnya menguak alasan pria itu tidak pernah hadir pada acara keluarga. Moza baru tahu kalau Andra sempat terlibat kecelakaan yang membuat pria itu kehilangan sebagian ingatannya.
Saat peristiwa kecelakaan itu, Andra belum se-terkenal sekarang sehingga tidak masuk ke dalam pemberitaan utama. Namun yang pasti, Moza berharap agar ingatan Andra tidak perlu kembali. Sepertinya semua akan lebih mudah jika mantan kekasihnya itu kehilangan ingatannya secara permanen. Terlebih sejak awal Moza sudah memutuskan dirinya tidak akan mundur dalam proyek yang menjadi dambaan banyak orang ini.
“Apa kamu bilang? Bakalan dipasangkan sama Mas Andra?” Joe yang malam-malam baru pulang setelah seharian syuting, dikejutkan dengan perkataan istrinya yang bilang akan membintangi film yang digadang-gadang akan sukses besar. Namun, yang lebih membuat Joe terkejut adalah saat mengetahui pria yang akan menjadi lawan main istrinya.
“Gila, kan? Tapi aku pasti nggak waras kalau menolak tawaran ini. Apalagi kamu tahu sendiri belakangan aku banyak nganggurnya karena sepi job. Tawaran ini lebih seperti hujan lebat di kala kekeringan.”
Moza melanjutkan, “Kamu nggak keberatan, kan?”
“Keberatan, sih, nggak. Aku hanya merasa aneh. Kamu bakal beradegan mesra sama kakak tiriku yang nggak pernah hadir di acara keluarga.”
Jujur saja, sebagai seorang aktor, Joe paham betul kissing scene dan bed scene itu seperti apa. Ada trik khusus dan permainan angle kamera sehingga dua insan terlihat seolah-olah sedang berciuman sampai berhubungan badan, padahal kenyataannya tidak. Itulah yang membuat Joe mengatakan dirinya tidak keberatan jika sang istri mau mengambil peran tersebut.
Hanya saja, yang membuat Joe masih tak habis pikir kenapa kebetulan sekali lawan main Moza adalah kakak iparnya?
“Ya terusnya gimana lagi? Dia juga nggak mungkin menolak. Dia sama kayak aku yang merasa tawaran ini adalah peluang besar. Kamu tahu sendiri Mas Andra baru populer belakangan ini. Dia aja masih pendatang baru banget pas papa nikah sama ibu.”
Di saat-saat begini, Moza semakin yakin untuk tidak memberi tahu rahasia yang selama ini disimpannya. Rahasia tentang Andra merupakan mantan kekasihnya.
Sejak Andra menjelma menjadi kakak tiri Joe, sejak saat itu Moza tak pernah sedikit pun kepikiran memberi tahu suaminya kalau antara dirinya dengan Andra pernah ada kisah cinta. Kabar baiknya Andra tidak pernah muncul sehingga hal itu tetap menjadi rahasia.
Ah, andai Joe tahu, bisa-bisa suaminya itu melarangnya mengambil peran ini. Itu sebabnya Joe tidak boleh tahu. Jangan sampai tahu!
Persetan dengan perjanjian tentang profesionalisme yang telah mereka sepakati, tetap saja jika berurusan dengan mantan, siapa pun pasti tidak rela jika pasangannya harus beradegan dewasa dengan mantan.
Ya, Moza yakin suaminya bisa jadi berubah pikiran dan keberatan andai tahu kalau sepuluh tahun yang lalu ada kisah cinta antara Moza dengan Andra.
“Dia punya pacar atau nggak, sih? Agak heran kok betah banget menduda,” tanya Joe seraya mengambil handuknya, bersiap untuk pergi mandi.
“Mana aku tahu dia punya pacar atau nggak. Aku nggak nanya karena itu bukan urusanku. Cuma yang pasti keputusannya udah bulat. Kami akan mengambil peran ini.”
Moza sungguh tak peduli dengan fakta kalau Andra adalah dulu mantannya. Setidaknya Moza kini jauh lebih nyaman lantaran pria itu tidak ingat apa pun tentang berbagai hal yang dulu pernah mereka lewati bersama.
Ya, aku bersyukur dia hilang ingatan….
“Kamu nggak sekalian iseng nanya? Kenapa dia nggak pernah hadir di acara keluarga.”
“Dia juga nggak tahu alasannya,” balas Moza.
“Aneh banget.”
Moza kemudian menceritakan tentang pembicaraannya dengan Andra tadi, bahwa Andra kehilangan sebagian ingatannya.
“Aku baru tahu kalau dia pernah kecelakaan,” kata Joe. “Ibu juga nggak pernah cerita apa pun tentang Andra,” sambungnya.
“Aku pun baru tahu. Aku coba memastikan dengan melihat kabarnya di internet dan memang benar, ada berita seperti itu walaupun sedikit karena dia belum se-terkenal sekarang. Dia aja terkenalnya baru-baru ini, kan?”
“Kalau begitu, kamu bakalan sibuk dong.”
“Itu yang aku inginkan. Kamu tahu sendiri aku udah terlalu lama menjadi pengangguran.”
“Tapi udah tanda tangan kontraknya, kan, Sayang?”
“Udah, pulang ketemu Mas Andra, aku langsung tanda tangan.”
“Kamu diantar sama dia?”
“Sama Sely-lah. Lagian Mas Andra udah tanda tangan duluan.”
Joe kemudian melirik ke arah jam dinding. “Ya ampun, tiba-tiba jam sepuluh malam aja. Aku mau mandi dulu deh.”
“Seharusnya kamu mandi dari tadi, tapi terhambat karena ngobrol sama aku.”
Joe tersenyum. “Bukan masalah.”
“Ya udah sana mandi!”
“Ini mau mandi. Aku udah nggak sabar pengen ketemu kasur. Sumpah, capek banget."
Saat ini Joe memang sedang mengerjakan proyek sinetron stripping yang benar-benar bukan sekadar menguras waktunya, melainkan tenaganya juga. Joe bahkan terkadang tidak pulang dan memilih tidur di lokasi syuting.
Joe masuk ke kamar mandi bersamaan dengan Moza yang langsung menuju walk in closet untuk mencari ‘baju dinasnya’. Ia akan membuat lelah, letih, lesu yang saat ini dialami suaminya berubah menjadi gairah dan penuh semangat.
Setelah memakai lingerie berwarna hitam yang sangat kontras dengan kulit putihnya, Moza menyisir rambut panjangnya. Wajah? Ia sudah cantik alami tanpa make-up tebal. Ia hanya perlu memakai sedikit pelembap bibir dan parfum yang Joe sukai.
Bersamaan dengan Moza meletakkan parfum ke tempatnya, Joe keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk yang dililitkan di pinggangnya.
“Aku udah siapin baju tidur kamu,” ucap Moza seraya beranjak berdiri menghadap ke arah suaminya. “Tapi kamu yakin bakalan langsung tidur setelah melihatku?”
“Kamu sedang menggodaku?” Joe tersenyum.
“Memangnya nggak boleh menggoda suami sendiri?”
Joe kemudian mendekat pada Moza sehingga kini mereka berdiri saling berhadapan di dekat tempat tidur. Joe lalu mengecup singkat bibir sang istri.
“Aku sangat tergoda padamu, Sayang. Hanya saja, aku beneran lagi capek banget. Aku nggak punya energi untuk itu.”
“Justru dengan melakukannya, kamu bisa mendapatkan energi dan semangatmu lagi, Joe.”
“Maaf, Sayang. Gimana kalau besok aja? Aku beneran pengen langsung tidur.”
Jangan ditanya betapa kecewanya Moza. Padahal mereka sudah lama tidak melakukannya lantaran Joe sibuk terus. Tapi bisa-bisanya pria itu menolaknya saat ada kesempatan untuk mereka bermesraan.
Persetan dengan lelah! Sungguh, apa penolakan memang se-menyakitkan ini? Moza sampai bertanya-tanya, benarkah ini adalah pernikahan sempurna yang membuat iri banyak orang?
“Besok?” tanya Moza kemudian.
“Saking capeknya aku ambil libur satu hari yaitu besok. Ditambah lgi, aku merasa kurang enak badan makanya harus banget istirahat. Jadi, besok aku ada di apartemen ini. Kita bisa melakukannya seharian sampai puas. Aku janji….”
“Satu hari banget dan beneran besok?”
“Ya, Sayang.”
“Kenapa timing-nya pas banget? Aku besok ada meeting yang dihadiri pemeran utama, sutradara, penulis dan produser. Mau ada pengarahan peran. Aku nggak mungkin bolos apalagi ini perdana dan aku pemeran utamanya,” jelas Moza. “Ya ampun, padahal kita udah lama nggak quality time. Kenapa harus besok? Kenapa kamu liburnya pas aku sibuk? Padahal hari-hari sebelumnya aku nganggur banget.”
“Ya ampun, terus gimana?” Joe kemudian memakai piama yang telah Moza siapkan untuknya. “Sepertinya lain kali kita harus mencocokkan waktu supaya bisa bareng. Lagian mana aku tahu kalau kamu punya proyek baru?”
Tanpa menjawab, Moza berjalan menuju walk in closet untuk mengganti lingerie-nya dengan piama.
“Jangan marah. Aku beneran capek banget, Sayang. Ini pun mau langsung tidur.”
“Terserah,” balas Moza sambil mengganti pakaiannya.
“Yah, kalau bilangnya begitu berarti marah. Maaf, kalau begitu ayo ayo sini … ayo kita melakukannya, Sayang.”
Terlambat, Joe. Aku udah kehilangan minat....
Ya, Moza tentu menolak. Selain karena minatnya sudah telanjur hilang, ia juga tidak mau Joe melakukannya dengan terpaksa gara-gara Moza marah. Baginya, hubungan di ranjang sebaiknya saat dua-duanya sama-sama menginginkannya, bukan satu pihak saja yang mau.
“Aku mau tidur aja,” ucap Moza. Kali ini wanita itu sudah memakai piama dan langsung berbaring di kasur sambil menarik selimutnya.
“Baiklah, kalau begitu selamat tidur ya, Sayang. Mari kita tidur,” ucap Joe sambil mengecup kening Moza. Setelah itu, ia ikut berbaring di samping sang istri.
Selama beberapa saat hanya ada keheningan di antara mereka. Apalagi Moza sengaja langsung memejamkan matanya sekalipun wanita itu belum benar-benar terlelap.
Sampai kemudian, ponsel Joe bergetar tanda ada pesan masuk. Dengan tetap berbaring, Joe memanjangkan tangannya untuk menggapai ponselnya di atas nakas. Setelah mendapatkannya, sejenak Joe menoleh pada Moza yang matanya terpejam.
Joe kemudian membuka pesan yang dikirimkan oleh seseorang padanya.
Seakan disambar petir, Joe melebarkan matanya lantaran terkejut setelah memutar video yang baru saja dikirimkan padanya.
Tak lama kemudian, notifikasi masuk ke ponselnya. Rupanya ada chat ada orang yang sama dengan yang mengirim video beberapa saat yang lalu.
Joe kemudian membaca chat-nya….
Bukankah ini akan menjadi skandal yang menghebohkan?