Bab 24

1393 Kata

Langit Jakarta masih mengguyur bumi tanpa ampun. Di bawah payung hitam yang menaungi dua manusia, Vanya masih terisak dalam pelukan Samuel. Tangisnya tak meledak, namun pelan dan dalam—seperti sesuatu yang terlalu lama dipendam, lalu pecah perlahan. Samuel memeluknya erat. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi satu hal pasti: gadis yang kini ia peluk sedang hancur. Bukan karena patah hati biasa, bukan pula karena sekadar kelelahan—ini lebih dalam dari itu. Ada kehancuran yang tak bisa ditambal hanya dengan pelukan hangat. Beberapa menit berlalu. Hujan belum juga reda. Kendaraan masih berlalu-lalang di kejauhan, menciptakan bayang-bayang siluet yang bergerak seperti mimpi buruk di panggung malam. Akhirnya, Vanya melepaskan diri perlahan dari pelukan Samuel. Matanya sembab, hid

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN