Luca berlarian menyusuri lorong istana mencari Anna. Pria itu masih mengenakan baju perang yang berlumuran darah. Sebagian dari darah para pemberontak, sebagian dari darah yang keluar dari tubuh Ilsa. Ia yakin Anna pasti risau dengan keadaan temannya dan tidak menutup kemungkinan ia akan berbuat sesuatu yang nekat. Tapi kini sudah berkeliling istana dan tidak menemukan wanita itu dimana-mana, kecemasan Luca kian berlipat ganda. Ia memutuskan untuk mendatangi Magda. Wanita itu tentu tahu dimana Anna, pikir Luca. “Magda?” Luca memanggil begitu masuk ke dalam kamar Magda yang terbuka lebar. Wanita itu sedang meraih botol-botol ramuannya sambil menggumam membawa label-label yang tertulis di sisi tiap botol. Wajahnya yang keriput terlihat kusut dan lelah. “Hei… Magda!” Luca memanggil sekal