Malamnya, Ilsa tersentak bangun oleh suara jeritan yang melolong. Gadis itu langsung terduduk tegak di ranjangnya dengan jantung berdetak keras. Beberapa detik, panik menyelimuti benak Ilsa dan ia pun membeku dalam kegelapan. Teriakan itu mengingatkannya akan malam dimana Samael menyerang istananya. Malam dimana pria itu membunuh semua anggota keluarganya dan menyematkan luka bakar yang hingga kini masih terasa panas di da-danya. Perlahan, kesadaran akhirnya kembali ke dalam benaknya yang baru saja terbangun. Ia sedang tertidur di kamarnya, dan kejadian yang dibayangkannya, sudah lama berlalu. Suara yang di dengarnya bukanlah teriakan keluarganya, tapi berasal dari luar kamarnya. Penasaran, ia pun memutuskan untuk keluar. Lilin yang ada di kamarnya sudah padam. Sambil meraba-raba, I