Ilsa terbangun menjelang tengah malam untuk buang air kecil. Baru saja ia hendak berjalan kembali ke kamarnya mendadak pendangannya kembali memudar. Tidak ingin terjatuh, ia menyandarkan punggungnya ke dinding lorong sambil menutup matanya dan menunggu. Ilsa menarik nafas dalam-dalam, mengabaikan perutnya yang kini terasa lapar. Ia memang hanya berhasil memasukkan sesuap makanan ketika makan malam, sebelum rasa mual menguasai dirinya dan membuatnya harus berhenti. Aneh. Padahal pelayan dapur memasakkan makanan yang biasanya disukai oleh Ilsa. Sup labu kuning dengan potongan ayam. Hanya salah satu gejala dari penyakit yang dirasanya akhir-akhir ini. Ia berpikir. Mungkin besok ia akan meminta obat ke Magda. Tapi, adakah obat untuk mengobati apa yang dirasakan di da-da nya? Sakit ini? K