Adrian tak berkata apa-apa ketika handuk Vanila jatuh ke lantai. Dia hanya berdiri, membiarkan matanya menelusuri setiap inci tubuh wanita yang telah lama ia rindukan. Kulit Vanila yang sedikit berembun karena uap air membuat tubuhnya tampak berkilau, sensual, basah, dan menggoda. “Aku nyaris gila waktu kamu nggak ada, Mas,” gumam Vanila, tubuhnya sedikit menggigil bukan karena dingin, melainkan karena tatapan Adrian yang begitu dalam membakar. Adrian melangkah perlahan, matanya tak berpaling sedikit pun. Ketika ia sampai di depan Vanila, tangannya menelusuri sisi tubuh istrinya, naik dari lekuk pinggang ke sisi d**a. “Aku lebih dari gila, Vanila. Aku nyaris mati menahan rindu.” Ia membungkuk, mencium bibir Vanila perlahan, lembut, hingga Vanila membalas, membuka mulutnya dan menerima A