Vanila tak percaya bahwa ada kemungkinan sebentar lagi dirinya akan menjadi seorang ibu. Pikirannya bercampur antara senang, sedih, dan cemas dalam satu waktu. Ia tentu senang, karena tak mengira setelah apa yang sudah dilaluinya bersama Adrian, dia bisa mendapatkan anugerah luar biasa itu. Sedih, karena dia merasa belum cukup baik sebagai seorang istri, dan apa dia bisa menjadi cukup baik sebagai seorang ibu nanti. Cemas, saat membayangkan apa yang akan dilakukannya nanti, jika egonya meninggi dan itu akan membuat bayi dalam tubuhnya menjadi sosok yang sama dengan dirinya. Vanila tiba-tiba merasa terlalu buruk sebagai contoh untuk anaknya. "Hei, kamu kenapa, Sayang?" tanya Adrian. "Gapapa, aku cuma ngerasa apa aku ini cocok jadi ibu?" jawab Vanila. "Loh, kenapa kamu malah tany