Air mengalir dari shower seperti tirai hujan tropis, mengaburkan uap dan panas yang terperangkap dalam bilik kaca. Vanila berdiri membelakangi pancuran, rambut panjangnya sudah basah kuyup, menempel di punggung. Kulitnya mengilat, tubuhnya bergetar karena sensasi dingin yang tiba-tiba beradu dengan panas tubuhnya sendiri. Adrian membuka pintu kamar mandi perlahan. Matanya langsung menangkap siluet tubuh Vanila yang nyaris transparan di balik kabut uap. Napasnya memburu tanpa bisa ditahan. “Aku pikir kamu mandi buat nyegarin diri. Tapi kamu malah bikin aku makin haus,” suaranya rendah, serak, dan penuh api. Vanila menoleh sambil tersenyum kecil, satu alisnya terangkat. “Mas haus? Air banyak, tuh.” “Aku nggak haus air,” gumam Adrian, lalu berjalan masuk tanpa melepas tatapan. “Aku haus k