Adrian akhirnya sampai di rumah setelah cukup lama berdiam di cafe untuk minum kopi sendirian. Setelah kejadian mabuk tempo lalu, Adrian tak lagi berani menyentuh alkohol untuk alasan keamanan dirinya. Mabuk sedikit saja, otaknya tak waras, pikirannya malah jadi aneh karna menginginkan hal yang tidak semestinya. Begitu sampai di rumah, Adrian hendak membuka pintu begitu saja tanpa mengetuknya. Tapi kemudian ia teringat reaksi Vanila setiap kali ia muncul tiba-tiba tanpa aba-aba. Mungkin setidaknya ia butuh menghargai privasi Vanila. Adrian pun akhirnya mengetuk pintu kamarnya sendiri. “Hem, kenapa tidak ada jawaban?” Adrian sudah mengetuknya tiga kali, tapi Vanila tak kunjung menyahut. “Apa dia sudah tidur?” gumamnya berpikir. “Em, Mas Adrian!” Vanila malah muncul di belakang Adrian se