Sebagai pria yang idealis, Adrian tak pernah memberi kesempatan kedua pada siapapun tidak terkecuali untuk orang yang pernah ada di hatinya. Saat ia mengatakan alasannya secara lantang pada wanita dihadapannya, Adrian sudah memutuskan untuk melupakannya walau tidak bisa semudah membalikkan telapak tangan. Sedangkan wanita itu, Viola, wajahnya pucat pasi dan ia membeku dengan air mata berlinang membasahi pipi putihnya.
"Kamu sudah cukup dengan alasan itu?" Adrian menghembuskan napas panjang. "Mulai sekarang kamu tidak perlu repot mencari saya lagi, Viola. Jalani hidupmu. Tapi, satu hal yang harus kamu tau, lebih baik cari pria lain walau perasaanmu terhadap Verrel mungkin sudah sangat dalam. Verrel tidak akan membalas perasaanmu, karna dia tidak suka wanita."
Viola makin terkejut saat m
