Hari itu langit tampak mendung di atas kampus tempat Vanila menyelesaikan skripsinya. Ia duduk di pojok perpustakaan, serius mengetik bab akhir sambil sesekali mengelus perutnya yang mulai membuncit. Fokusnya terjaga, tapi pikirannya sesekali melayang ke seseorang yang belum juga memberinya kabar. Usai mengetik beberapa halaman, Vanila menutup laptop dan menghela napas pelan. Ia menerima ajakan teman-temannya untuk makan siang di kafe dekat kampus. Selama makan, ia tetap tersenyum, menanggapi obrolan ringan, bahkan tertawa kecil. Namun di sela-sela percakapan, ia terus melirik layar ponselnya. Belum ada pesan dari Adrian sejak semalam. Padahal biasanya, sekalipun sibuk, Adrian selalu menyempatkan satu-dua kalimat untuk menyapanya. Setelah pulang dari kampus, Vanila membuka pintu rumah d