Keesokan paginya, kantor Adrian dipenuhi kesibukan yang luar biasa. Semua karyawan datang lebih awal dari biasanya untuk mengikuti rapat kedua yang telah dijadwalkan sejak malam sebelumnya. Agenda kali ini lebih krusial. Beberapa masalah internal yang cukup rumit membuat suasana menjadi tegang dan penuh konsentrasi. Adrian memimpin rapat dengan tenang dan penuh kharisma. Penampilannya tetap rapi, sikapnya dingin dan profesional. Setiap keputusan yang ia ambil terkesan tegas dan tak terbantahkan. Ia menjelaskan solusi dengan logika tajam dan analisis yang kuat, membuat siapa pun yang mendengarnya merasa kagum. Di ujung meja, Tiffany duduk dengan catatan di tangan. Pandangannya tidak pernah lepas dari Adrian. Matanya menatap pria itu dengan penuh kekaguman yang mulai tak bisa ia sembunyika