Sebuah galeri dibuka untuk umum, menampilkan karya-karya mahasiswa, termasuk instalasi sederhana yang Vanila kerjakan bersama dua teman sekelasnya. Gaun putih elegan yang membingkai tubuh mungil Vanila memancing tatapan dari banyak pria malam itu. Tapi ia tetap tenang, sopan, dan tahu batasan. Di antara kerumunan, Adrian datang. Jas hitamnya rapi, tanpa dasi, dan rambutnya sedikit berantakan tertiup angin. Ia berdiri tidak jauh dari meja minuman ketika salah satu pria—tamu kehormatan dari sponsor acara, mendekati Vanila. Lelaki itu tampak terlalu nyaman menyentuh punggung Vanila sambil tertawa pelan. "Kamu punya senyum yang bahaya, tahu nggak?" Vanila sempat kaku. Ia tidak menyangka pria itu berani menyentuhnya seperti itu. Sebelum ia sempat menarik diri, suara Adrian terdengar di belak