Hari itu, Vanila kembali ke kampus barunya di New York. Meski semuanya terasa asing, dia mulai terbiasa dengan gaya belajar dan ritme kehidupan mahasiswa di sana. Ia mengenakan blouse putih sederhana dan celana bahan berpotongan lurus. Penampilannya bersih, segar, dan tetap mencuri perhatian. Di sela-sela waktu istirahat, seorang mahasiswa asing yang duduk tak jauh dari tempat Vanila mengerjakan tugas memperhatikannya sejenak, lalu tersenyum sopan. "You have this… classic charm. It’s rare," ujarnya saat melewati meja Vanila. Hanya itu, tak lebih. Tapi cukup membuat Vanila mengerutkan kening dengan malu-malu. “Eh?” gumam Vanila pelan, tak terbiasa dipuji secara langsung. Beberapa hari setelahnya, pujian lain datang. Kali ini dari dosen pembimbingnya sendiri, seorang wanita paruh baya ber