Adrian mendorong pintu kamar dengan kaki, menutupnya rapat hingga bunyi klik terdengar. Tanpa melepaskan Vanila, tanpa menjatuhkan tubuh istrinya ke atas ranjang, namun tetap mengungkungnya di bawah tubuhnya. Matanya tajam, penuh kendali, tetapi sorotnya gelap, membuat jantung Vanila berdegup lebih cepat.
"Tahu nggak kamu baru saja mencari masalah, Sayang?" suaranya berat, rendah, dan nyaris seperti geraman.
Vanila menatapnya dengan mata berkilat, lalu tersenyum manja. "Aku nggak bisa nahan diri," gelengnya.
"Hem?"
"Aku nggak bisa hanya melihat sisi berbeda kamu, Mas." Suaranya lembut tapi penuh godaan, membuat rahang Adrian mengeras.
Adrian merunduk, menangkap bibir Vanila dengan ciuman yang sama sekali tidak sabar. Ciuman itu panas, menguasai, membuat Vanila tak punya ruang untuk
