Vanila menyandarkan punggungnya pada jok kulit mobil, kedua tangannya meremas pelan pangkuan rok yang ia kenakan. Pandangannya menatap lurus ke kaca depan, tapi pikirannya tidak ada di sana. Ia masih teringat jelas tatapan mata Adrian pada mahasiswa tadi. Tatapan itu dingin, penuh kuasa, dan nyaris membuat udara di sekitarnya membeku. Tatapan itu bukan tatapan suaminya yang biasa ia lihat setiap pagi. Bukan tatapan yang membelai hati dengan kehangatan, melainkan tatapan yang mengirimkan peringatan mematikan. “Mas,” Vanila akhirnya membuka suara, menoleh ke arahnya. “Tadi di kampus kenapa sih? Ada sesuatu yang aku tidak tahu?” Adrian, yang tengah menyalakan mobil, hanya melirik sekilas sambil menekan pedal gas perlahan. Senyumnya tipis, nyaris seperti ingin meredakan rasa penasaran istri