Pesawat pribadi milik Adrian lepas landas dengan lancar. Deru mesin terdengar lembut dari balik jendela kabin mewah yang hangat. Di dalam, Vanila duduk di kursi kulit berwarna krem lembut, mengenakan sweater rajut tipis berwarna biru muda. Rambutnya diikat rapi, matanya memandang ke luar jendela, mengikuti awan yang berarak. Adrian duduk di sampingnya. Tangan mereka saling menggenggam sejak lepas landas. “Ini perjalanan panjang,” kata Adrian, memecah keheningan. Vanila hanya mengangguk pelan. “Iya.” “Kamu mau istirahat?” tawarnya. Vanila memalingkan wajah, menatap suaminya. “Nggak. Aku masih belum mau tidur. Aku... masih mencerna semuanya.” Adrian tak memaksa. Ia meraih selimut tipis dari kompartemen dan menyampirkannya ke kaki Vanila, lalu mengelus jari-jari istrinya dengan lembut.