Siang hari di New York. Cuaca sedang sejuk, angin musim semi membelai lembut jendela besar apartemen tempat Vanila berdiam. Elise baru saja menyajikan makan siang ringan dan memastikan Vanila minum vitamin sebelum kembali ke dapur, meninggalkan ibu muda itu sendirian di ruang tengah. Namun sejak bangun pagi, ada sesuatu yang berbeda dalam tubuh Vanila. Dadanya terasa hangat, denyut di pangkal lehernya tak biasa. Dan rasa itu, yang tak bisa dijelaskan dengan logika, terus menguar dalam dirinya. Seperti bara yang tidak padam sejak malam sebelumnya. Ia memejamkan mata. Mengingat bagaimana Adrian memeluknya malam tadi. Menciumnya. Menyentuhnya dengan sabar. Tapi entah kenapa, semua itu justru membuat tubuhnya ingin lebih. Bukan karena tak puas, tetapi karena ada sensasi lain yang semakin men