"Mas, aku nggak tau kenapa malam ini pengen banget ciuman yang lama sama kamu," ucap Vanila manja, suaranya berat dan berbisik di antara cahaya temaram kamar. Adrian menoleh, matanya langsung mengunci ke arah Vanila yang kini duduk bersandar dengan bantal kehamilan di pelukannya. Bibirnya sedikit terbuka, pipinya hangat, dan sorot matanya jujur—penuh keinginan. "Hem? Apa ini bawaan hamil, ya?" sahut Adrian, menggoda, tapi nada suaranya merendah, nyaris berat menahan sesuatu. "Bisa jadi," balas Vanila pelan, lalu menepuk sisi ranjang. "Tapi aku nggak mau cuma ciuman. Aku mau kamu..." Adrian mendekat perlahan, meraih wajah istrinya lalu mengusap pipinya dengan penuh kelembutan. Tatapan mereka saling bertaut dan tak ada yang bicara. Hanya napas yang mulai berat, dan jarak yang semakin men