Pagi itu, udara di luar sedikit dingin, namun di dalam rumah, segala terasa teratur dan hangat. Vanila duduk di ruang kerjanya, di depan laptop yang terbuka, mencoba menyusun paragraf pembuka skripsi yang sempat tertunda. Buku-buku referensi berjejer rapi di rak kecil di samping meja, dan teh hangat dengan aroma chamomile mengepul perlahan di cangkir putih keramik. Di tengah keheningan itu, pintu ruang kerja diketuk dengan ketukan ringan. “Come in,” ucap Vanila, tetap fokus pada layar. Seorang perempuan muda masuk, mengenakan seragam elegan krem dengan apron hitam dan sepatu bersih yang tak menimbulkan suara. Wajahnya ramah dan profesional. “Good morning, Ma’am,” sapanya sopan. “I bring your morning fruits and supplements. Please, don’t skip it again, okay?” Namanya Elise, mantan asis