Dimas tidak yakin dengan apa yang dikatakan papanya barusan. Dia masih saja menganggap bahwa Kinanti adalah seorang perempuan yang sanggup menjual tubuh dan pesonanya demi uang. “Aku ragu dia akan menyetujuinya,” ujar Dimas pelan. “Dia akan menyetujuinya. Jangan khawatir, Dimas. Papa akan panggil pengacara ke rumah ini untuk membuat surat perjanjian pranikah sekaligus surat-surat pengalihan seluruh saham perusahaan Papa kepada kamu. Kamu juga harus datang,” ujar Arsa jelas. Dimas merenungi kata-kata papanya yang penuh janji itu sejenak. Beberapa saat kemudian, dia mengangguk menyetujui rencana papanya. Arsa memperhatikan reaksi Dimas dengan seksama. Dia mengerti apa yang putra satu-satunya itu khawatirkan. "Dimas, Papa ini laki-laki … dan Papa merasa kesepian. Papa menyukai Kinanti. P

