Kasih mengamati sosok Biantara yang duduk di meja bar seraya menenggak minuman beralkohol yang berada di depannya. Mungkin itu sudah gelas keempat atau bahkan mungkin keenam. Kasih sudah tidak tahu lagi berapa banyak minuman beralkohol yang sudah masuk ke dalam tubuh bosnya itu. “Beauty,” sapa pria yang berada di samping Kasih setengah berteriak. “Kamu terlihat cantik sekali malam ini.” Kasih menatap singkat dan juga tak minat pria bertubuh tinggi dan berbadan kekar di sampingnya itu. “Nah, kamu salah. Aku terlihat cantik setiap hari,” balasnya tak acuh. Tawa pria itu teredam oleh suara musik yang mengalun keras di kelab malam ini. “Benar. Kamu pasti terlihat cantik setiap hari. Maafkan aku yang sudah salah bicara,” katanya. “Jadi, bolehkah aku mentraktirmu minum?” Kasih tersenyum mi