Sesuai rule acara, tepat di jam enam sore, panitia memberikan waktu untuk ISOMA (Istirahat sholat makan). Guri sudah tidak sabar untuk ngemilin gorengan. Ia tidak bisa pergi jauh-jauh, karena harus kembali memberikan pembekalan kepada panitia sebelum acara dimulai.
Salah satu tangannya terangkat untuk memanggil salah satu panitia, Guri sudah terlihat seperti senior, dan bukannya berlaku layaknya SC.
"Beliin gue gorengan dulu! Nih duitnya" Guri menyerahkan satu lembar uang sepuluh ribu.
Guri sedang berkumpul dengan Andre dan Asep untuk membahas materi selanjutnya, yaitu lokasi. Biasanya, pembahasan lokasi ini yang akan menjadi sumber kegaduhan, dan Guri wajib menjadi temeng di depan SC dan panitia. Jika senior bermain melempar kursi, Guri akan balas melempar meja.
"Pokoknya Sa, jangan sampai senior nolak lokasi yang udah di finalin sama kita. Lo kelahi, kelahi dah. Itu lokasi udah paling cocok. Kalau mereka nolak, enggak tau lagi dah, harus berapa kali mubes untuk memfinalkan acara" jelas Andre.
Guri hanya mengangguk mengerti. Konsentrasinya sedikit terpecah karena merasa sedang di perhatikan oleh seseorang. Tapi Guri takut buat noleh, mengingat hari sudah maghrib, dan posisi mereka berada di luar ruangan. Banyak setan yang biasanya suka usil di jam-jam segini.
"Bisa kan Sa?" tanya Andre memastikan.
Mendengkus, Guri melayangkan sentilan ke dahi Andre, "Amanlah itu. Lo kayak gak kenal gue aja. Udah kebal gue sama senior" ucap Guri membanggakan diri.
Harap maklum, kesombongan dan kesongongan Guri di sponsori oleh Bagas, salah satu teman abangnya, yang merupakan pendiri kampus tempatnya sedang menimba ilmu saat ini. Bagas yang sudah menganggap Guri sebagai adiknya sendiri, membuat Guri bisa semena-mena dengan senior.
Guri ini tipe orang yang bisa buat orang lain langsung sayang dan nyaman. Sifat humblenya membuat semua orang mudah dekat dengan gadis itu. Keluarga Bagas bahkan sudah berniat mengangkat Guri sebagai putri mereka, begitu juga dengan keluarga teman-teman abangnya yang lain, kecuali orangtua Aceng. Itupun karna Guri belum pernah bertemu dengan orangtua Aceng, karena berbeda provinsi dengannya.
"Sa, bisa kesini bentar gak?" panggil Arya, salah satu senior Guri.
Guri bangkit berdiri, dan meninggalkan kedua temannya. Kakinya melangkah menuju kumpulan senior.
"Kenapa bang?" tanya gadis itu mengambil duduk di dekat Dewa.
"Ini acara bentar lagi mulai kan. Materi selanjutnya mengenai masalah lokasi. Gimana menurut lo?" tanya Rizky.
"Udah lihat foto dan maps gue bang. Sesuai dengan script mereka. Gue emang belum survei langsung, tapi setidaknya, gue rekomendasiin lokasinya" ucap Guri tenang.
Elang, salah satu seniornya yang terkenal paling jahat, mengangguk mengerti saat mendengar jawaban dari Guri. Elang ini ibarat dari bossnya senior. Ia paling di segani dan di takuti. Jika KBM, Elang ini yang paling jahatnya. Dia tidak akan melihat gender, jika ingin memeberi hukuman. Cewek cowok sama di mata Elang.
"Lo bisa pastikan lokasinya gak ngecewakan?" tanya Elang serius.
Guri mengangguk mantap. "Gue bisa pastiin bang. Abang sama kakak semua bisa pegang omongan gue. Sabtu nanti, gue survei semuanya sama panitia. Hasil dari dokumentasi yang gue ambil pasti langsung gue kirim ke grup" ucap Guri memastikan.
"Okei baiklah. Berhubung abang-abang kalian ini ada acara, dan harus pulang lebih cepat, nanti di bagian materi lokasi kita setujuin, biar cepat kelar. Itu semua kita lakukan, karena percaya sama lo." ucap Elang pada akhirnya.
Guri kembali tersenyum lima jari di wajah pucatnya. Ia masih belum makan, padahal acara sebentar lagi akan di mulai. sedangkan panitia yang ia suruh untuk beli gorengannya, entah pergi beli kemana, karena masih belum juga muncul.
Ia sedikit bersyukur karena para senior sepertinya bisa di handel kali ini, dan membuat mereka bisa cepat menyelesaikan acara mubes. Setelah selesai bercengkerama dengan para senior, Guri undur diri ingin kembali ke temannya. Lambungnya semakin perih, dan mulutnya semakin asam, karna menahan lapar.
Saat sudah berada di lingkaran tempat temannya berada, Guri mendesah, melihat tanah tempat mereka duduk juga masih belum ada kanrung kresek bekas gorengan. Entah apa yang di lakukan panitia itu sampai bolong waktu seperti ini. Tubuhnya sudah semakin lemas.
Jika tau akan lama seperti ini, seharusnya sudah sedari tadi ia mengabari abangnya Satria atau Kendrow, sekedar untuk mengantarkannya makan saat mau pulang dari kerjaanya.
Menyandarkan tubuhnya ke tubuh Asep, Guri mengelus perutnya pelan, dan bergumam kepada perutnya untuk sabar.
"Kak Sa!" panggil seseorang dari samping.
Guri menoleh dan mendapati salah seorang panitia cewek kini berdiri di sampingnya.
"Apa?" tanya Guri lemas, dan kembali membuang pandangannya. Ia lebih memilih memandang kearah pohon rindang yang tepat berada di depannya.
"Ini ada roti kak, di kasih salah satu senior" ucap panitia cewek tersebut, sambil menyerahkan sekantong roti dari toko kue Rotte.
Guri menatap kantong plastik di hadapannya, dan menatap panitia cewek itu secara bergantian. Bingung dengan kondisinya.
"Siapa?" pertanyaan itu akhirnya terlontar, hanya saja, bukan Guri yang bertanya, melainkan Andra.
"Enggak tau kak. Tadi panitia lain yang kasih ke saya buat sampaikan. Panitianya juga bilang enggak tau" jelas panitia cewek tersebut.
"Ini amankan?" tanya Asep merasa curiga.
Panitia cewek tersebut hanya mengangkat kedua bahunya, tanda ia juga tidak tau, kemudian pergi berlalu meninggalkan Guri, Asep dan Andra.
"Ah, bodo amatlah" dengus Guri, kemudian membuka bungkus salah satu roti yang berisi coklat dalam keterangannya.
Ia lapar, dan ada orang baik yang kasihan terhadapnya, hingga menyumbangkan beberapa roti untuk di makan olehnya. Jadi, jika sudah seperti ini, bukankah Guri harus menerimanya, dan memakan untuk sebagai tanda menghargai.
Ya walaupun ini bukan karena tindakan tidak sengaja. Guri yakin ini pasti di sengaja karena orang tersebut memberikannya sekantong roti dengan berbagai rasa.
Di tempat lain, yang tidak jauh dari keberadaan gadis itu, ia tersenyum legah. Tidak menyangka, ternyata pemberiannya di terima. Mungkin, dari sini ia bisa ambil beberapa pelajaran untuk mengingatkan pada gadis itu agar tidak mengambil atau menerima yang kita tidak tahu asalnya dari mana.