Ini hari sabtu. Hari weekend dan biasanya semua orang akan beristirahat dan menghabiskan waktu di rumah hari ini. Tapi tidak dengan Guri. Hari sabtu ini ia terpaksa harus pergi untuk survei lokasi dengan beberapa juniornya, dan memastikan apakah lokasi nanti sesuai atau tidak dengan acara mereka.
Jam tujuh pagi lewat, Guri sudah siap dengan pakaian santainya. Iya, santai. Buat apa pakai pakaian normal jika hanya sekedar survei lokasi, dan bukannya bersosialisasi dengan orang lain.
Hari ini Guri memakai hoddie hijau army pendek, yang menampakkan bentuk perutnya, jika ia mengangkat tangannya ke atas, dan di padukan dengan celana jeans berwarna hitam lengkap dengan sepatu kets putihnya. Pokoknya, jika melihat Guri sekarang itu, sudah seperti anak TK, karna penuh warna warni. Tas yang ia gunakan bahkan bewarna merah, dan helm yang ia gunakan bewarna kuning, helm milik Guro, saudara kembarnya.
“Mau kemana?” tanya Guro saat melihat Guri yang sudah terlihat rapi.
“Mau jalan lah!” seru Guri sengit. Jika sedang berhadapan dengan Guro, emosi Guri sering naik tiba-tiba. Apalagi, ia masih dendam pada Guro karna kontennya dua minggu yang lalu berisi ngeprank Guri.
“Santai dong sist” Guro terkekeh. “Gue serius nih, lo mau kemana hari sabtu begini? Gak ikut renang dong lo bareng kita” lanjutnya.
Guri kembali berjalan menuju cermin panjang yang mereka sediakan di dekat pintu keluar rumah. Gadis itu kembali berkaca, dan memastikan penampilannya.
“Gue mau survei lokasi KBM. Entar gue renang di sungai dekat lokasi aja” jawabnya sambil membenarkan letak celananya yang terlihat miring.
“Ntar kalau lo hanyut gimana?” tanya Guro tidak suka.
“Ya hanyut aja. Kenapa harus di tanya gimana lagi, kalau sudah takdiirnya” dengus Guri. “Udah ah, gue mau berangkat. Bye!” ujarnya yang langsung keluar rumah, tanpa berpamitan dulu kepada dua abangnya yang lain.
Rumah Guri memang tidak jauh dari pelantaran kampus. Hanya berjarak kurang lebih 2km jika ingin menuju gerbang Fakultas Ekonomi. Kampusnya yang luas memang menyediakan beberapa gerbang, yang di jaga ketat oleh satpam.
Jika di akhir pekan seperti ini, semua orang yang masuk ke dalam kampus akan di periksa isi barangnya, karna pernah kejadian salah satu alumni kampus datang ke kampus dengan membawa bom di tasnya.
Untuk titik kumpul, mereka sepakat akan berkumpul di lapangan panjat tebing, dan itu hanya berjarak 500 meter dari gerbang Fakultas Ekonomi.
Sambil menenteng helm kuningnya, Guri berjalan dengan santai sambil bersiul. Ia jarang pergi ke kampus dengan jalan kaki, karna Asep selalu rajin mengantar dan menjemputnya. Namun kali ini, Asep tidak ikut untuk survei lokasi, dan jadilah Guri berangkat sendiri ke kampus. Ya walaupun kedua abang-abangnya selalu mengisi OVO dan Go-Pay nya, tetap saja Guri merasa sayang dengan uangnya, jika di keluarkan padahal ia bisa masih sanggup berjalan kaki.
Nafasnya mulai terengah, harap maklum, ia jarang bergerak. Dan Guri sangat yakin, jika bedaknya yang di pakainya pagi tadi luntur karna keringatan.
Sebuah motor ninja merah melewati Guri. Mata gadis itu terperangah karna baru saja melihat Dewa, si pujaan hatinya lewat dari sampingnya. Ya ampun, penyegaran yang luar biasa untuk mata Guri. Walau ia tidak tau, kemana Dewa akan pergi, setidaknya ia bisa menyegarkan mata dan hidung sesaat.
Karna entah bagaimana , parfum Dewa itu begitu khas di penciuman Guri. Ia akan tau ada Dewa di sekitarannya karna parfum yang cowok itu gunakan.
Sekitar 100 meter lagi dari tempatnya, ia bisa melihat tim-nya sudah bersiap, dan tampak seperti sedang menunggu Guri. Harap maklum, ketua tim kali ini adalah Guri, tapi dia juga yang terlambat datang.
“Kak, langsung berangkat sekarang?” tanya Ica, salah satu panitia cewek yang ikut survei kali ini.
Guri sebenarnya ingin istirahat dulu, karna masih terengah akibat jalan tadi. Tapi, ia juga tidak ingin menghabiskan banyak waktu hanya untuk istirahat, karna jarak ke tempat lokasi lumayan jauh, sekitar 3 jam perjalanan. Apalagi, Guri juga merupakan salah satu supir karna mereka hanya menggunakan motor.
“Motor siapa nih yang mau gue bawa?” tanya Guri, setelah minum sebentar.
“Kakak bareng sama bang Dewa katanya. Kita udah pas pasangannya” jawab Ica.
Guri menaikan salah satu alisnya. Bareng Dewa?
Ya ampun!!!
Kebaikan apa yang ia lakukan dulu hingga seperti di berkahi banyak kesempatan untuk berdekatan dengan Dewa.
“Trus, bang Dewanya mana?” tanya Guri sambil celinggak celingguk mencari keberadaan Dewa.
“Bang Dewa katanya nyusul kak. Kami disuruh berangkat duluan” jawab Ica merasa bersalah.
“Jadi gue nungguin disini sendirian?” tanyanya tidak pecaya, apalagi Ica menjawab pertanyaan Guri dengan anggukan.
“Kata bang Dewa, kakak terlalu telat. Jadi kakak disuruh tunggu disini, biar merasakan apa yang kami rasakan. Begitu kata bang Dewa kak” ujar Ica memelas.
Menghembuskan nafasnya pasrah, Guri mengangkat tangannya, dan meminta mereka semua untuk pergu duluan.
Sialan Dewa.
Apaan dia bisa jadi boss hari ini?
Yang ada, dia yang di perbudak oleh Dewa.
Suka sih suka, tapi ya gak begini juga, racau Guri kesal.