Arthur kembali ke mansion sang Kakek setelah berhari-hari tinggal di Berona. Tempat pertama yang Arthur datangi adalah kakeknya. Dia duduk di sana dan menggenggam tangan yang masih memiliki bekas luka. “Kakek…. Anak itu tidak segemuk sebelumnya. Hanya pipinya saja yang bertahan. Jadi aku memindahkannya ke kamar yang lebih baik. Itu ‘kan yang kau inginkan? Dia juga cerewed. Mulutnya mungkin akan berbusa.” Dengan wajahnya yang datar, Arthur menceritakan bagaimana dia bertemu dengan Aurora. “Dia akan menjadi Romano yang hebat. Akan aku pastikan tidak akan ada lagi kesalahan. Kau juga bisa memanggil pendeta atau dukun jika itu terjadi lagi. Maka…. Cepatlah bangun, kau tidak ingin melihat cicitmu tumbuh dengan baik?” Menghela napasnya dalam. Kali ini ada perasaan berbeda ketika melihat sang Ka