Chapter 67: Antara Cinta, Rencana, dan Ego Kecil yang Tersinggung Pagi itu, Nadine duduk di salah satu sofa besar di ruang tengah penthouse milik Zayn, lututnya tertekuk ke atas sambil memangku laptop. Rambutnya digulung asal, mata fokus menatap layar, sementara jemarinya mengetik cepat di kolom catatan Google Docs yang dia susun untuk rapat dekorasi siang ini. Sudah dua hari berturut-turut dia merasa mood-nya naik turun. Bukan karena Zayn—tapi Hera. Zayn keluar dari kamar dengan kaos putih dan celana jogger abu-abu, rambutnya masih basah sehabis mandi. Ia berjalan santai ke dapur, mengambil dua mug, menuang kopi untuk dirinya dan coklat panas untuk Nadine. Begitu duduk di sebelah Nadine, ia menyodorkan mug itu. “Kopi manis buat aku, coklat panas buat istri masa depanku yang lagi stress