Menyatukan Dua Dunia

1864 Kata

Pagi itu, Nadine duduk di meja makan rumahnya, masih mengenakan piyama setelah subuh, dikelilingi kertas-kertas, moodboard, dan daftar undangan yang sudah penuh coretan. Di hadapannya, secangkir teh melati yang sudah dingin. Tapi yang membuat Nadine mendesah panjang, bukan karena pekerjaan yang menumpuk. Tapi karena… Hera Natamanggala. “Bunda Hera request warna kain meja diubah lagi?” Dira menatap Nadine dari balik laptop, mulutnya mengunyah roti tawar. “Kemarin ’kan udah fix ivory sama gold.” Nadine mendesah untuk keempat kalinya pagi itu. “Sekarang mintanya ganti ke champagne. Lebih… elegan katanya.” Dira cekikikan. “Elegan sih elegan. Tapi kayaknya dia yang mau nikah, bukan kamu.” Nadine meletakkan pensil di atas meja. “Dira, jangan mulai.” Ponselnya bergetar. Nama Zayn muncul di

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN