Sabtu pagi itu, Jakarta masih diselimuti embun tipis. Udara terasa sedikit lebih ramah dari biasanya. Di dalam penthouse, Zayn dan Nadine sudah bersiap sejak matahari belum tinggi. “Udah siap, Bunda Detak?” tanya Zayn sambil menyiapkan tas kecil berisi air minum, cemilan, dan vitamin prenatal. Nadine, yang mengenakan midi dress longgar warna hijau sage—senada dengan tema kamar bayi yang mereka pilih, mengangguk bersemangat. “Aku siap! Hari ini kita belanja pakaian bayi!” Zayn membukakan pintu untuk istrinya, lalu meraih tangan Nadine erat-erat seolah takut melepaskannya sedetik pun. Mereka tiba di butik perlengkapan bayi eksklusif di pusat kota. Tempat itu seperti dunia miniatur: segala sesuatu terasa kecil, manis, dan penuh harapan. Begitu masuk, Nadine langsung tersihir. Rak demi r